Jadi Buruh Jangan Kecil Hati

Ketika masih mburuh di Probolinggo dulu saya pernah ketemu seorang pengusaha yang cukup terpandang di sana. Beliau ini dulunya seorang pegawai di Pemda setempat yang kemudian memilih pensiun dini, setelah sempat luntang-lantung akhirnya beliau berhasil membangun bisnisnya sendiri. Sukses dan kaya.

Beliau ngomong sama saya, “Sampeyan jangan mau terus-terusan jadi buruh, harus punya target, umur sekian berhenti dan jadi pengusaha. Kalo ndak ya sampeyan ndak akan bisa sukses.”

Saya liat memang kata-kata beliau masuk akal. Kalo jadi buruh ya begini-begini saja, hidup nunut sama orang. Tokoh-tokoh yang sukses macem Ciputra atau Bob Sadino pun saya dengar sering menekankan pentingnya semangat enterpreneurship, jangan mau sekedar jadi pegawai. Kalo mau kaya jadilah pengusaha. Jiyan! Melas tenan rasanya jadi buruh pabrik macem saya, rasanya jadi ndak berharga.

Mbah Suto, juragan beras yang sugih itu cuma mesem mendengar keluh kesah saya tentang kurang berharganya jadi seorang buruh pabrik dibandingkan dengan status beliau yang punya usaha sendiri. “Menurutmu aku bisa sukses begini karena siapa?” Tanya beliau.

Tanpa menunggu jawaban saya beliau melanjutkan, “Orang-orang seperti Ciputra atau Bob Sadino pun ndak akan bisa sesukses sekarang kalo mereka ndak punya buruh-buruh yang profesional. Jadi akan terasa aneh kalo seorang juragan merasa lebih mulia daripada pegawai, demikian juga ndak pantes kalo seorang pegawai merasa lebih rendah derajatnya dari juragan.”

“Rejeki tiap orang sudah ada yang ngatur Le, ndak pantes manusia yang sama-sama cuma mengais rejeki mengklaim rejeki Tuhan dijatah lebih besar ke dirinya dibanding orang lain.” Ujar Mbah Suto lagi.

“Jadi buruh atau juragan itu masalah pilihan saja Le, masalah utamanya bukan pada kamu jadi apa, tapi apa yang kamu perbuat pada posisimu. Kalo kamu jadi juragan jadilah juragan yang bisa mengayomi anak buah, nanti akan ada catatannya. Kalo jadi buruh berikanlah yang terbaik, nanti juga akan ada catatannya. Jadi berharga atau ndaknya kamu bukan semata-mata karena posisimu, tapi terletak pada apa yang kamu lakukan. Niatkan semuanya untuk ibadah, karena bisnis yang ndak pernah rugi adalah bisnis sama Tuhan.” Pungkas Mbah Suto.

8 comments on “Jadi Buruh Jangan Kecil Hati

  1. mochamad arif wibowo berkata:

    “no matter what you drive, but how?”…..

  2. Ria berkata:

    iya tuh bener mbah suto…percuma punya perusahaan kalau kita sendiri belum bisa jadi bos yang baik 😀
    mungkin awal2nya belajar jadi bos dulu baru beneran jadi pengusaha ya mas hehehehe…

  3. big sugeng berkata:

    Yaaa aku masih tetep masih jadi buruh…
    tapi kan bkatnya lain2

  4. mawi wijna berkata:

    kalau semua Petani jadi buruh pabrik semua, siapa yg bakal nanam padi?

  5. […] This post was mentioned on Twitter by mas stein, mangkum. mangkum said: Jadi Buruh Jangan Kecil Hati: Ketika masih mburuh di Probolinggo dulu saya pernah ketemu seorang pengusaha yang cu… http://bit.ly/cfLWBq […]

  6. arman berkata:

    setuju… semua ada porsinya masing2. gak semua orang bisa jadi pengusaha. dan banyak juga kok buruh yang bisa sukses… dan tentunya banyak juga pengusaha yang gak sukses… 🙂

  7. hanif IM berkata:

    setuju, saya juga pernah denger cerita bahwa, buruh, karyawan adalah ujung tombak perusahaan, memuliakan buruh , karyawan berarti memajukan perusahan agar tetap dapat tumbuh di masa2 sulit nantinya, sebaliknya ya pasti perusahaan akan hancur lambat atau cepat.

  8. […] Lha trus nasib buruh gimana? Mosok nanti saat umur 50 atau 60 tahun masih harus bingung besok makan apa? […]

Tinggalkan komentar