Cuma Pengen Main

Suatu saat saya pernah ngobrol sama temen di pabrik tentang alam lain. Jadi ceritanya temen saya ini konon bisa melihat makhluk halus.  Bukan yang halusnya macem Raline Shah atau Pevita Pearce, tapi bangsa dedemit semacam Genderuwo, Kuntilanak, dan kawan-kawannya. Suatu kemampuan yang bisa dianggap anugerah bagi sebagian orang, dan kutukan bagi beberapa yang lain.

Temen saya ini bilang, “Mereka itu bukan makhluk yang menakutkan. Sama seperti kamu lihat sapi yang kakinya empat dan punya tanduk, atau kelinci yang punya telinga panjang dengan dua gigi tonggos, biasa saja.”

“Kalo makhluk ini ternyata hanya punya satu mata di tengah, atau punggungnya bolong, atau terbungkus kain pocong, bukan berarti mereka menakutkan. Bentuknya memang seperti itu, jadi ya biasa saja.”

Biasa saja kan?

Iya, biasa saja. Kata-kata yang selalu saya ulang-ulang dalam hati setiap kali tengah malem terbangun, entah karena haus atau kebelet pipis. Seperti sekarang ini.  Tadi kecapekan, pulang dari pabrik langsung tepar. Mbuh jam berapa ini.  Kalo lihat sepinya sih mungkin jam 1 atau jam 2.  Haus bener. Mau mbangunin istri yang lagi tidur di kamar anak-anak kok ya malu, mosok cuma ke dapur minta temenin.

Sedikit gelap, sebelum tidur lampu rumah memang selalu dimatikan, atas nama pengiritan. Tapi ndak masalah, masih ada remang-remang sinar dari lampu luar.  Lagian rumah cuma seemprit ini, sudah apal jalan dari kamar ke kulkas di pojokan dapur. Buka kulkas, jongkok, ambil botol yang di rak bawah, rutinitas biasa.

Mungkin cuma perasaan saya, maklum nyawa masih separo, tapi rasanya ada yang njawil pundak. Saya noleh belakang, ndak ada siapa-siapa. Selesai minum, masih dengan separo nyawa, saya balik lagi ke kamar.

Dan baru dapet dua langkah saya langsung hidup sehidup-hidupnya. Itu di pojokan deket kompor, sesosok anak perempuan dengan baju putih dan rambut panjang terurai, duduk melihat saya. Walaupun sedikit remang-remang, saya tau persis dia tersenyum ke arah saya, meringis dengan gigi-gigi hitamnya.

Tersentak, saya bangun dan langsung duduk. Diamput… saya mengutuk dalam hati.  Sampe keringetan dingin, ternyata cuma mimpi. Tapi jujur, rasanya tadi terlalu nyata untuk sebuah mimpi.

Dan yang kampret banget adalah, saya jadi haus…

Jadi bingung, mau ke dapur takut yang tadi di mimpi kejadian beneran.  Tapi kalo ndak minum saya ndak yakin bakal bisa tidur lagi.

Sebenarnya setelah saya pikir-pikir ndak ada jaminan juga setelah minum saya bisa tidur. Siapa tau gara-gara jalan ke dapur jadi seger, trus ndak bisa tidur. Dan siapa bisa menjamin bahwa yang tadi nongol di mimpi ndak bakal menampakkan diri di kamar? Dari dapur ke kamar kan cuma beberapa langkah. Hadah, makin ruwet.

Jadi gimana?

Bismillah… Yang di mimpi tetaplah dalam mimpi, saya minum dulu.  Tapi, sebelumnya saya nyalain lampu dapur…

Balik ke tempat tidur ternyata ngantuk saya belum sepenuhnya hilang. Langsung saja saya terombang-ambing antara alam sadar dan alam mimpi. Sensasi seperti tergoyang di awang-awang yang terjadi menjelang tidur ini selalu saya nikmati. Paling tidak sebelum saya sadar bahwa tempat tidur saya memang bergoyang, dalam arti sebenarnya.

Oalah gusti…

Sosok anak perempuan yang sama, berbaju putih dengan rambut panjangnya, melihat saya sambil meringis, sedang berdiri sambil mendorong-dorong ujung tempat tidur.

Kembali tersentak, saya gelagapan sambil melihat ke penjuru kamar. Mimpi dua kali ketemu sosok yang sama? Sumpah, sepertinya ada yang salah di sini.

Dan sekarang yang kampret kuadrat adalah mendadak saya sakit perut. Walaupun yakin ndak ada Soleh di kamar mandi saya, tapi dua kali mimpi ketemu sosok tadi mau ndak mau membuat saya mikir dua kali untuk ke kamar mandi.

Akhirnya tetep saja saya harus ke kamar mandi. Lha piye, kalo pipis mungkin masih bisa ditahan, yang satu ini kan susah. Tanpa acara melihat cermin saya langsung duduk manis di kloset.

Terdengar ketukan perlahan di pintu kamar mandi.

“Siapa?” Tanya saya. Ndak ada jawaban.

“Hihihihi….” Suara gema tawa anak perempuan di langit-langit langsung membuyarkan minat saya untuk buang air.

Asyu tenan… Saya ngambil rokok, keluar rumah menuju pos satpam. Pak Udin yang lagi enak-enaknya tidur saya bangunin, satpam kok kerjanya tidur thok. Pokoknya temenin saya ngobrol sampe orang-orang bangun mau subuh ke mesjid!

Besoknya saya ajak temen pabrik yang katanya bisa lihat makhluk halus itu ke rumah. Dia tolah-toleh, lihat ke dapur, lihat kamar, keluar lihat pojokan rumah, trus nanya, “Kamu kapan terakhir kali lewat kuburan kembar yang di jalan tembusan Sukarno Hatta?”

Saya mengingat-ingat, “Yo yang kemarin itu, malem-malem waktu abis ngopi sama sampeyan.”

Temen saya cengengesan, “Ndak papa kok, dia cuma lagi pengen maen. Nanti malem kamu anterin anak itu balik ke sana.”

Bajingan, enteng bener ngomongnya. Setelah itu saya garuk-garuk, “Caranya gimana?”

“Biasa saja, kamu anter pake mobil ke sana, ke kuburan kembar itu. Soalnya waktu ke sini dia juga numpang mobilmu.” Kata temen saya.

Saya makin garuk-garuk, “Lha taunya dia sudah naik mobil saya atau belum gimana?”

“Tenang saja, kamu pasti tau kok.” Temen saya kembali cengengesan.

Sekarang di sinilah saya, tengah malem nyalain mobil, sambil menunggu pertanda sosok anak perempuan berbaju putih itu sudah naik. Pertanda yang kata temen saya akan terlihat sangat jelas.

Dan pertanda itu memang sangat jelas, dari spion tengah saya bisa melihatnya, berambut panjang, duduk di kursi belakang, meringis dengan gigi-gigi hitamnya.

12 comments on “Cuma Pengen Main

  1. Kimi berkata:

    Njrit… Serem juga kalau kita jalan ke mana gitu terus ada yang ngikut kita ke rumah. Terus, minta dianterin pula. 😐

  2. mandor berkata:

    sampeyan ki lho critane kok serem-sereman thok
    Kuburan kembar tembusan sukarno-hatta itu sebelah mana sih, kok saya gak tahu

  3. Joko Suprianto berkata:

    kok mari alhamrhum soleh awakmu critone medeni bocah ae to cak..

  4. Kalau di ikutin itu ada sebab tertentu ga cak? misalnya abis melakukan sesuatu yg salah, atau memang kapan saja bisa terjadi, terserah setane yo?

  5. captivity of negativity berkata:

    Mas Aan punya bakat dideketi makhluk halus nih, mungkin sudah saatnya diruqyah hehehehe ….

  6. Budiono berkata:

    bajinguk. iki kisah nyata?

  7. Anaknya dibalikin, emaknya gantian yg ngikut, dijamin lebih serem, xixixi…

  8. hotbuy berkata:

    emank nya ini kisah nyata gan?
    hantu itu memang ada, tapi mereka tidak pernah menampakkan wujud aslinya..

  9. Ana berkata:

    duuuh serem banget mas… mendadak jadi parno nih huhu bisa bisa nya ya cuma lewat aja jadi ikutan numpang… jadi takut lewat kuburan nanti bawa penumpang juga gimana xD huwaaaa

Tinggalkan komentar