Memanfaatkan Jabatan

Beberapa waktu yang lalu saya ketemu sama Pak Darmo, mantan ketua RW yang konon pernah tersangkut masalah penyunatan Bantuan Langsung Tunai. Pas saya lewat kebetulan beliau lagi di depan rumah, demi kesopanan saya mampir sejenak untuk menyapa. Lha kok ya beliau itu begitu ngomong langsung mbikin semacam klarifikasi, “Warga sini kan berpendidikan, pasti bisa memilah mana berita yang bisa dipercaya.”

“Heh? Ada apa ini?” Batin saya bertanya-tanya.

“Ini gara-gara para provokator, RW yang baru sama ketua-ketua RT yang pada keminter itu!” Ujar Pak Darmo lagi.

“Ada apa tho Pak?” Tanya saya, walaupun sudah bisa menduga-duga kemana arah pembicaraan ini.

“Soal potongan BLT itu lho mas, orang-orang menuduh saya dulu motong BLT buat warga kampung sini. BLT itu kan dikasih langsung ke orangnya lewat kantor pos, mana bisa saya motong?” Kata Pak Darmo.

Saya cuma manggut-manggut.

“Saya cerita dulu masalahnya dulu mas, biar sampeyan nanti ndak keliru menanggapi berita yang beredar. Waktu itu ada beberapa warga sini yang ndak dapet jatah BLT padahal sebenarnya mereka berhak. Saya sebagai ketua RW kebetulan dapet formasi, maka warga yang belum terdaftar itu saya datangi, saya tawarkan untuk didaftar dan mereka mau.” Ujar Pak Darmo.

“Setelah bantuan cair mereka dateng ke rumah saya, ngasih tanda terima kasih dengan ikhlas, ya saya terima. Tapi kemaren gara-gara para provokator itu jadi rame, RW yang baru beserta para penerima BPT dan ketua-ketua RT yang sok tau itu ndatengi rumah saya, mereka minta saya mengembalikan dana itu. Aneh kan? Wong dulu mereka ngasihnya ikhlas kok. Kalo ndak dipanas-panasi saya yakin ndak bakal ada kejadian seperti itu!” Kata Pak Darmo dengan nada tinggi.

“Pokoknya kalo sampe ini berlanjut saya akan lapor ke polisi dengan tuduhan pencemaran nama baik, itu ada pasalnya!” Pungkas Pak Darmo.

Waktu ngopi di warungnya Mbok Darmi saya cerita tentang pembicaraan itu sama Kang Noyo, yang menanggapinya sambil cengar-cengir. “Baik hati sekali yo para warga itu, sudah kere, begitu dapet duit masih inget sama Pak RW-nya yang relatif sudah berkecukupan.” Kata Kang Noyo.

“Tapi kalo memang bener ikhlas Pak RW ndak popo tho Kang nerima duitnya.” Ujar saya.

Kang Noyo mesem, “Jadi pemimpin itu berat Le, ndak pantes seorang pemimpin yang seharusnya melayani masyarakat memanfaatkan posisinya untuk memperoleh keuntungan pribadi.”

“Memanfaatkan jabatan piye tho Kang? Kan dia sudah berjasa mendaftarkan para warganya yang belum nerima BLT, setelah itu warganya berterima kasih dengan ngasih duit, ikhlas, di mana masalahnya?” Tanya saya.

Sambil nyeruput kopi seribuan nan legendaris Kang Noyo njawab, “Gini lho Le, mendaftarkan para warga itu memang tanggung jawab Pak RW. Itu bukan sesuatu yang perlu dibanggakan.”

“Kemudian soal duit yang katanya dikasih dengan ikhlas, aku tanya Le, misalnya si Pak Darmo itu ndak jadi RW, taruhlah beliau cuma tukang sampah atau tukang becak, mungkin ndak orang-orang penerima BLT itu bakal dateng dan ngasih duit?” Tanya Kang Noyo.

Jiyan! Kopi saya makin terasa pahit.

Selamat hari Jumat sodara-sodara, sudahkah sampeyan memanfaatkan jabatan hari ini?

17 comments on “Memanfaatkan Jabatan

  1. romailprincipe berkata:

    selamat hari jumat mas…
    Jabatan dimanfaatkan? hanya untuk tujuan bersama aja kali ya, bukan tujuan pribadi..

    salam

  2. yuduto berkata:

    aku setuju kang noyo 100%…..

  3. mawi wijna berkata:

    Saya milih ndak berjabatan, dengan resiko jadi kaum kecil yang diinjak2 yg punya jabatan.

  4. itikkecil berkata:

    saya gak punya jabatan sih… jadi apanya yang mau dimanfaatin….

  5. Mas Ben berkata:

    Sudah Mas, buat blogwalking pake jasa internet pabrik hehhee

    Mas Ben
    http://bentoelisan.blog.com

  6. Ria berkata:

    sudah dunk…menutup website2 yang makan bandwidth hohohoho… πŸ˜›

  7. syelviapoe3 berkata:

    Kalo sy masih mencari jabatan, pak..he..he…
    *peace..peace…* πŸ˜†

  8. budiono berkata:

    memang berat jadi pemimpin… apalagi kalo n yang terakhir dibuang: pemimpi….

  9. marshmallow berkata:

    nah, saya suka sama argumen kang noyo. lagian memang sudah menjadi tugas kenapa bangga?

    soal pemberian ikhlas ini juga jadi tantangan tersendiri bagi guru atau dosen, mas. nanti ujug-ujug mahasiswa yang notabene belum bisa nyari duit sendiri itu datang nawarin berbagai suguhan material. nah, kalau ketiban begitu, saya suka bilang, “ntar aja kalau kamu udah jadi dokter, ya? makanya cepetan tamat.”

    susah memang, mas.

  10. mandor tempe berkata:

    lhah ya itu pertanyaannya … mungkin nggak ?

  11. wongiseng berkata:

    Sampe diusut kadang yang menyalahgunakan jabatan ndak merasa ya, karena saking sudah jadi kebiasaan.

  12. annosmile berkata:

    setuju dengan kang noyo..
    jabatan merupakan sebuah amanat yang harus diemban dan bukan kebanggaan

  13. Tetanggajenderal berkata:

    pelaksana itu jabatan bukan ya?

  14. […] sampe masalahnya jelas, seharusnya Pak RW juga non aktif dulu, wong waktu itu sudah santer isunya beliau motong dana BLT!” Pungkas Pak […]

  15. Asop berkata:

    Jadi orang yang berkuasa itu susah.. banyak godaannya…
    Seperti kata pepatah (saya lupa) makin tinggi pohon makin kencang angin yang menerpa…

  16. […] bukan lagi sebuah sistem yang korup, seharusnya ndak ada tempat lagi buat orang-orang ndompleng memanfaatkan jabatan untuk memperkaya diri […]

  17. […] di tempat saya. Beliau dulu pernah jadi ketua RW sebelum akhirnya lengser gara-gara tersangkut masalah penyunatan dana BLT. Walaupun begitu beliau masih tetep seorang tokoh masyarakat yang suaranya sering […]

Tinggalkan komentar