Repot Bikin Korupsi

Sekarang sudah mulai sering hujan, dingin-dingin membuat acara ngopi di warungnya Mbok Darmi makin gayeng. Nyeruput kopi disambi nyemil jadah goreng bener-bener kenikmatan luar biasa untuk ukuran buruh pabrik macem saya.

Kang Noyo, temen saya yang rokoknya ndak pernah modal lagi serius mbaca koran edisi kemaren di pojokan warung. Mungkin lagi serius mbaca pertempuran kadal lawan cicak, atau bisa juga lagi melototi iklan pijat plus yang makin hari makin vulgar. Saya dekati sambil mbawa cangkir kopi yang masih mengepul, “Liat apa tho Kang”?

Mesem liat penyuplai rokoknya datang, Kang Noyo meletakkan korannya. “Ini lho, berita-berita korupsi. Aku kadang mikir, sudah banyak yang ditangkap, masuk penjara, tapi kok ya masih saja muncul korupsi-korupsi yang baru. Apa memang korupsi ndak mungkin dihapuskan dari negara kita?”

Jiyan! Kadang ndak kuat saya liat gayanya waktu lagi sok serius, buruh pabrik saja sok-sok mikir negara. “Sudah beres semua urusan rumah tho Kang? Kok masih sempet mikir negara?”

Sambil menyalakan rokok, punya saya tentunya, Kang Noyo meringis, “Lha mau ngobrol apa lagi? Ngomong soal pilem yo wagu wong kampung kita ndak ada bioskop, ngomong konser ya di tempat kita adanya paling konser dangdut koplo. Ndak papa lah kita ngomongin korupsi walau dalam kerangka diskusi goblok-goblokan.”

Sambil nyeruput kopi saya menimpali, “Soal korupsi ini memang agak ruwet Kang. Selain memang dasarnya ini karena nafsu menganga yang cuma bisa ditutup sama tanah kuburan, ada juga pernik-pernik lainnya. Yang paling sederhana misalnya istri sampeyan termasuk istri yang menuntut biaya tinggi sementara bayaran sampeyan ndak nutut. Kalo ternyata pikiran sampeyan pendek dan kondisinya memungkinkan bisa saja sampeyan jadi ikut-ikut korupsi.”

“Atau mungkin karena dari dulu pemberantasan korupsi hanya sebatas wacana? Makanya ndak ada efek jera yang ditimbulkan.” Kang Noyo ikut-ikutan sok menganalisa.

Saya nambahi, “Mungkin juga sifat dari orang kita sendiri Kang. Paling ndak saya liat ada dua macam sifat yang mbikin korupsi ndak abis-abis. Yang pertama, orang baru punya duit sedikit saja sudah males repot. Misalnya mau ngurus KTP, daripada repot-repot wira-wiri ke Pak RT, RW, Kelurahan, sampeyan mungkin lebih milih mbayar orang, ndak repot. Sementara orang yang sampeyan bayar karena merasa biaya yang dia keluarkan bisa diklaim akhirnya ndak banyak protes kalo ada biaya tambahan kiri kanan. Membuka peluang korupsi tho?”

Kang Noyo ngakak, “Bisa saja kamu, lha trus sifat yang kedua apa?”

Sambil nyeruput kopi saya ngomong lagi, “Sifat yang kedua Kang, orang baru punya kuasa sedikit sudah suka mbikin orang repot. Contoh gampangnya sampeyan lihat saja kalo ada petinggi mau berkunjung ke daerah, pasti yang mau dikunjungi sudah bingung nyari hotelnya, akomodasinya, karaokenya, pijetnya, sampe oleh-olehnya. Kalo dana resmi ndak ada mau ndak mau kan harus diada-adain, ujungnya bisa korupsi juga tho”

Obrolan ini harus ditutup, kalo ndak bisa habis rokok saya, “Saya mau pulang dulu Kang, mau ke rumah Lik Suto, minta tolong suruh ngurusi pajek motor saya, soale saya lagi repot…”

9 comments on “Repot Bikin Korupsi

  1. itikkecil berkata:

    saya jadi malu… soalnya kadang-kadang demi memperlancar urusan saya lebih memilih untuk memakai jalan pintas…
    tapi pas kemarin memperpanjang SIM, saya pake jalan yang bener mas….
    *bangga*

  2. Wempi berkata:

    sewaktu buat sim di papan pengumuman.
    mendaftar 1 menit, test 15 menit, photo dan sidik jari 5 menit. Sayang ngantrinya bisa seharian, bahkan sampe seminggu kalo lewat jalur normal.

    Apa masih mau bikin sim sendiri?
    Kalo pake celana nanggung, disuruh pulang, ganti sama celana panjang 😆

  3. wongiseng berkata:

    Wah kang Noyonya ini perokok berat to, berat beli 😀

    Mas moco tulisan sampean, kadang saya jadi teringat Pak Ageng dan Mr. Rigen 😛

  4. Mawi Wijna berkata:

    Jiyan! Perkara korupsi karena orang tak mau repot, ini wacana baru buat saya 😀

  5. oglek berkata:

    wah berarti saya termasuk penyebab korupsi nih selama ini 😦

  6. bukan facebook berkata:

    iya…sering kali biaya hidup kita itu tidak sesuai dengan kemampuan. Bisa begitu karena orang sering berekspektasi lebih.

    “Mosok anaknya dirjen kawinnya ditempat begitu seh?”

    yah kurang lebih omongan-omongan kayak gitu lah.

  7. JR berkata:

    ya gitu dech…masalh yang sukar untuk di mengerti dan dipahami…hanya untuk dirasakan kalo dah kaya…hehehehehhee

  8. […] Konon salah dua hal yang mbikin korupsi ndak habis-habis di negeri ini adalah karena ada sebagian orang yang males repot dan ada sebagian lainnya yang suka merepotkan orang lain. Contoh sederhana yang males repot misalnya sampeyan males ngurus KTP, nyuruh orang yang punya […]

Tinggalkan komentar