Bukan Kronologi Susno Duadji

“Pak Susno kali ini bener-bener menyajikan paket komplit lho Le, manteb tenan,” Kata Mbah Suto tadi pagi waktu leyeh-leyeh di warungnya Mbok Darmi. Sungguh beruntung saya kali ini, saat menjelang tanggal tua ketemu sama juragan, minimal kopi saya dibayari.

“Paket komplit gimana Mbah?” Tanya saya.

Seperti lagi ramai diberitakan di media, mantan Kabareskrim Komjen (Pol) Susno Duadji menuding ada beberapa perwira tinggi di kepolisian yang berperan dalam praktik makelar kasus penggelapan pajak. Terlepas dari tudingan miring bahwa ini merupakan ekspresi sakit hati yang berlebihan, yang jelas memang banyak fakta menarik di sini.

Kasus ini diawali dengan adanya laporan dari Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK) kepada Kabareskrim waktu itu, Susno Duadji, bahwa ada aliran dana mencurigakan sejumlah 25 milyar ke rekening milik seorang pegawai pajak berinisial GT. PPATK mencurigai ada praktik pencucian uang, karena tidak wajar seorang PNS golongan III memiliki uang sebesar itu. Polisi pun menyelidiki kasus tersebut dan meminta bank untuk memblokir rekening.

Dalam pemeriksaan GT tidak bisa menjelaskan asal-usul uang tersebut.Tapi dari hasil pemeriksaan diketahui bahwa di antara 25 milyar tersebut ada aliran dana sebesar 370 juta dari PT Megah Jaya Citra Garmindo dan 25 juta dari Robert Santonius, seorang konsultan pajak. Sisanya sebesar 24,6 milyar diakui merupakan titipan seseorang bernama Andi Kosasih, yang menurut GT adalah teman bisnisnya, seorang pengusaha properti, untuk proyek ruko di Jakarta Utara.

Menurut polisi sebenarnya cerita Andi Kosasih dan GT ndak nyambung, tapi polisi belum bisa membuktikan bahwa uang 24,6 milyar itu merupakan hasil dari tindak pidana, sehingga polisi meminta kepada bank agar membuka blokir atas rekening GT. Kasus diajukan ke pengadilan cuma atas duit yang 375 juta.

Lain dengan versi Pak Susno, “Masa mau beli tanah pakai menitipkan uang segala. Ke rekening orang lagi. Menitipkannya sejak satu tahun yang lalu lagi. Logikanya, kalau mau beli tanah, ya titip saja dicarikan tanah. Kalau sudah dapat (tanahnya) baru dikasih uangnya atau dibayarkannya sendiri ke yang punya tanah.”

Selain itu Pak Susno juga menuding ada beberapa mantan anak buahnya di Direktorat II Ekonomi Khusus Bareskrim yang ikut bermain dalam kasus itu. Mereka adalah Kompol A, Kombes E, AKBP M, Brigjen EI, dan Brigjen RE. Ndak cuma itu, menurut Pak Susno, Andi Kosasih yang mengaku pemilik dana 24,6 milyar dibekingi oleh orang nomor dua di tubuh Polri, yang bisa berarti Wakapolri saat itu, Komjen MP.

“Lha trus paket komplitnya di mana Mbah?” Tanya saya masih ndak ngerti.

Mbah Suto mesem, “Kasus ini sudah sampe pengadilan Le, sudah divonis juga. Tapi tuntutannya dianggap terlalu ringan, 6 bulan dengan masa percobaan satu tahun. Vonisnya juga ringan, cuma hukuman percobaan selama satu tahun.”

“Lha trus ngopo Mbah?” Tanya saya lagi.

“Piye tho Le, brarti kalo memang ada permainan di sini makelar kasusnya banyak. Dari mulai kepolisian, kejaksaan, sampe pengadilan,” Kata Mbah Suto.

“Dan masih ada satu lagi yang mungkin luput dari perhatian,” Ujar Mbah Suto sambil mesam mesem mencurigakan.

Mungkin orang ndak banyak tau kalo di jagat pengadilan Indonesia selain pengadilan umum, Tata Usaha Negara, dan pengadilan militer, ada yang bernama pengadilan pajak, suatu badan yang berdiri sendiri di luar institusi Direktorat Jenderal Pajak.

“Bayangkan kalo ternyata kasus ini ternyata berawal dari pengadilan pajak, ada wajib pajak bermasalah kemudian dibantu makelar kasus akhirnya dapet vonis ringan. Hasil dari nego tersebut ditransfer ke rekening pegawai pajak, tapi belum sempat dibagi ternyata terendus oleh PPATK. Kasus berlanjut ke kepolisian, ada makelar kasus lagi, dana dicairkan dan pemeriksaan dibelokkan. Kasus masuk ke kejaksaan, ada makelar yang ngurus lagi, tuntutan jadi ringan. Sampe pengadilan pun ada makelar yang mbantu, vonis cuma percobaan. Piye, komplit tho paketnya?” Ujar Mbah Suto sambil nyebul-nyebul asap rokoknya.

Saya ngakak, beginilah dobosan ndak mutu hasil analisa kelas warung kopi.

Jiyan!

20 comments on “Bukan Kronologi Susno Duadji

  1. Asop berkata:

    Bisa panjang rantai kasusnya kalo diusut… Bagus kalo gitu, cuman butuh keberanian pihak aparat terkait utk mengusutnya… Ini yg susah,… >.<' 😦

    #stein:
    paket kumplit mas, tinggal yang nyantap doyan apa ndak πŸ˜†

  2. deeedeee berkata:

    menyimak,,, garuk-garuk kepala,,, manggut-manggut,,,
    jadi panjang gt ya alur kasusnya.. entah analisa dobosan ini bener adanya, kira2 sapa lagi yg bakal dipanggil pihak polisi..?! Hmmm… *sok mikir*

    #stein:
    ini obrolan warung kopi saja kok mbak, jangan dianggap terlalu serius πŸ˜†

  3. uke poet berkata:

    Mampir Mas. Lama ndak singgah ke sini. Sampeyan jg lama ndak singgah ke blogku loh.
    Ibu hamil sih cuma manggut2 baca dobosannya. Dengerin berita di TV ajah udah bikin pusing. Gak coba2 menganalisa deh.

    #stein:
    maap mbak, pabrik lagi banyak kerjaan. buruh macem saya cuma mengikuti saja πŸ™‚

  4. prasetyandaru berkata:

    Tapi keknya kasus ini bakal hilang lagi..seperti kasusnya Ketua KPK tempo hari ituh…sekarang sampek mana? kasus senturi jg sepertinya bernasib sama..tau2 ilang, semoga — amit2 jabang bayi– berita penyarunya bukan berita bencana alam lagi

    #stein:
    memangnya berita bencana bisa dipesan tho mbak? πŸ˜†

    • prasetyandaru berkata:

      berita bencana emang jelas ndak bisa dipesan paklek, tapi situ eling ndak pas orang2 ndarjo bareng2 ndemo ke jakarta mintak ganti rugi di rumahnya om AbBe? itu yang punya pabrik penghasil lumpur masal. Hampir ndak ke ekspos media karena ada berita soal Situ Gintung. Jadi teringat omongannya Elliot Carver, yang punya Carver Media Group Network, itu lho yang mungsuhnya James Bond di pilem tumoro never dais. Dia bilang, orang tidak perlu lagi meng-invasi negara lain atau menduduki wilayah lain untuk berkuwasa, cukup jika dia menguasai media a.k.a. berita, maka dia bakal bisa mengontrol jalannya kehidupan. Lha cilakanya media berita di negara kita ini dikuwasai oleh 2 politisi yang sudah ndak asing lagi di panggung dagelan eh pulitik di Indonesa inih,.Sampeyan pasti tau sapa yang punyak Metro Tivi, sampeyan juga pasti tau Om AbBe yang saya sebut tadi punyak stasiun tipi apa? ya tho…kadang kita cumak digiring membuat opini berdasarkan berita yang –MUNGKIN– sudah dipoles sedemikian rupa biyar menguntungkan 1 pihak tertentu. maap panjang :p

      #stein:
      huahaha! jadi inget guyonan di twitter untuk mbikin stasiun tipi baru bernama TVTwo, saking gemesnya liat berita-berita yang cenderung tendensius di tipi satunya :mrgreen:

  5. sugiman berkata:

    Lha kowe makelar opo ?
    πŸ˜€

    #stein:
    …. :mrgreen:

  6. dewira berkata:

    bukan hanya gol III/a Mas, pejabat ajah sepertinya ga wajar punya duit segitu πŸ™‚

    #stein:
    lha kalo pejabatnya sugih macem bakrie ya wajar tho mbak πŸ˜†

  7. Vicky Laurentina berkata:

    Saya nggak seneng bayangin orang itu nggak bayar pajak seperti yang semestinya. Itu kan uang rakyat, kok malah jadi dikorup sih?

    Tapi perkara makelar kasus itu sangat menjijikkan. Saya nggak ngira orang-orang mau bersekongkol sampai segitunya. Dari kepolisian sampai tingkat pengadilan.

    #stein:
    kita liat saja sampe mana kasus ini akan berlanjut mbak

  8. Lina berkata:

    banyak orang ganti nama jadi markus ya πŸ˜›

    #stein:
    ndak banyak kok mbak, tapi biasanya jaringannya kuat dan berpengaruh

  9. edda berkata:

    Owalah ga ngerti ane mslah bginian πŸ˜›

    #stein:
    ndak ngerti ya ndak papa mbak, sampeyan sekolah dulu saja yang bener πŸ™‚

  10. sekolahcikal berkata:

    Menarik melihat masalah ini dari point yang anda sampaikan

    #stein:
    terima kasih

  11. anonymous berkata:

    ngerti ae sampean iku bos…A_1 ya?
    hebat…

    #stein:
    halah! iki obrolan warung kopi cak, gak usah terlalu serius πŸ™‚

  12. catatanpelangi berkata:

    Gak takut pada ya … Sama pengadilan yang Maha Adil … Di Akhirat sana … Bahkan sebutir nasi pun dipertanyakan asal muasalnya

    #stein:
    mbuh lah…

  13. […] Sebagus apapun organisasinya, setinggi apapun bayarannya, kita susah berharap pada tipe cowboy. Contohnya mungkin bisa sampeyan liat pada seorang pegawai departemen keuangan yang mendadak jadi selebriti sejak pernyataan Komjen (Pol) Susno Duadji tentang makelar kasus di tubuh kepolisian. […]

  14. […] sudah jauh lebih baik, tak pikir praktek nego kasus sudah ndak ada lagi. Agak kaget juga waktu muncul kasusnya si Gayus.” Ujar Mbah […]

  15. Azizah binti Aziz berkata:

    Bolehlah saya numpang lewat pengkhabaran penting ni. Selepas mass organization Nahdhatul Ulama, dan parti terpentingnya PKB jatuh ke pangkuan PD/SBY, PDI-P menyusul tak? Bila ya macam tu. Alangkah rosaknya negeri jiran tu yang telah kehilangan kemerdekaan dan nasionalisme cita-cita luhur Tun Soekarno. Bila macam mana Mega dikalahkan oleh Guruh Soekarnoputra ataupun bahkan oleh puteri tirinya Puan Maharani kerana ambisi ayahandanya Taufik yang tak jelas arah haluan jiwanya, dan mungkin mudah tersuap melalui rekeningnya terisi wang dari pendukung fanatic PD/SBY, tamatlah PDI-P. Macam tu justeru boleh dan harus dicegah bila masih banyak anggota PDI-P dalam Kongres di Bali tu masih punya besar kesadaran dan tinggi komitmen cita-cita Tun Pemimpin Revolusioner dan Pendiri RI, Pemimpin Agung, Soekarno. Mereka haruslah tetap mendukung Mega. Bila PDI-P mahu berjaya dalam undi 2014 dan tak nak terangkul PD/SBY. Bila tak, maka partai wong cilik tu akan tamah sudah di 2014 dan kelak tinggal histori. Maka yan nak lead ataupun unggul sesungguhnya yalah mass org. Nasdem, yang segera berubah jadi partai baru, beserta Golkar, Hanura dan Gerindra. Siapa calon presiden Indonesia tentulah mogul media Surya Paloh dan mungkin pula mereka yang dating dari Hanura, Golkar ataupun Gerindra.

  16. Rodiyah berkata:

    Sebar-sebar-sebarkan ke teman-teman mahasiswa kita. Di negeri jiran Indonesia semua hanyalah rekaan terang daripada SBY agar rakyat yang dah didera derita pelbagai bencana alam itu, mulai dari lumpur Lapindo sehingga gempa bumi Sleman Yogyakarta dan lebih teruk lagi tsunami di Mentawai, tidak memberontak, maka diamalkanlah kes-kes pembohongan, pengalihan perhatian, supaya rakyat lupa. Maklumlah rakyat dan majorit rakan-rakan mahasiswa serta dekan dan rektor Indon tu tolol-tolol sangat. Hari gini, kata teman-teman saya mahasiswa Indonesia di Universiti Doktor Mustafa (Beragama), masih berharap SBY yang terbukti lemah itu memperbaiki Indonesia, mimpi kali. Itu jelas nggak mungkin. Indonesia harusnya memilih tokoh seperti Mahfud MD, yang walau awam tapi tegas dan berani, sebuah darah Jawa Timur bernuansa keberanian Madura yang cendekia, luar biasa.
    Tetapi presiden Indonesia bukan seorang Mahfud tetapi hanya SBY.
    Kini semua orang tahu dan semakin jelas SBY jelas bahagian rejim lama, orang yang numpang dibesarkan Orba, sisa Orba yang beruntung. Tetapi apakah dia akan selamanya beruntung, jangan-jangan nanti berakhir digugat mahasiswa dan rakyat usai berkuasa 2014.
    Megawati menggantikan sisa kuasa Gus Dur. Oleh elite di sini dan Amerika cs, dilihat tidak tidak becus, ini terbkti, dalam mengurus negara. Wwaktu itu banyak copet, emski ekonomi jauh lebih baik, nilai ringgit masih berharga berbanding sekarang. Tetapi TNI dianaktirikan dan Mega lebih saying kepada hanya Polis.
    Oleh penguasa di belakang layar negara-negara membangun iaitu jeneral-jeneral di TNI dan Polis dan terutama oleh penguasa dunia Amerika cs, bahawa kalau terus dipegang Megawati maka kepentingan-kepentingan mereka tidak selamat. Khususnya Amerika cs punya multi kepentingan di Indonesia terutama ekenomi dalam erti yang luas, Amerika pada dasarnya nggak ada kepentingan demokrasi, dan Amerika selalu berstandar ganda.
    Oleh sindiket kuasa Amerika cs, dicarilah saat itu siapa yang pantas memegang kerajaan (boneka) di Indonesia mulai 2004. Yang dicari adalah seorang tokoh yang cukup kuat. Maka diputuskan dia harus dari Angakatan Bersenjata (TNI) dan tidak mungkin dari awam sebab awam di negara-negara membangun seperti Indonesia belum punya disiplin dan tidak akan disegani rakyat khuusnya untuk kes Indonesia. Tokoh itu juga harus tidak keras, tidak idealis dan tidak memeluk nasionalisme kuat seperti Sukarno. Sebab kalau seperti itu, maka tidak mungkin menurut untuk kepentingan Amerika dkk. Tentu tidak mungkin dipilih seorang Wiranto, seorang Prabowo, apalagi seorang tokoh pekerja seperti Mohtar Pahpahan, atau tokoh aktivis demo walaupun idealis seperti Sri Bintang atau Hariman, apalagi yang lain. Apalagi Rustrilanang, Andi Arif atau Budiman Sudjatmiko.
    Itulah kecerdasan Barat maka pilihan jatuh ke tangan seniorita SBY. Mulailah SBY bergerak dengan pelbagai jurus triknya. Dia memulakan membina pencitraan khusus untuk dirinya melalui sebuah konflik dengan Megawati dan suaminya Taufik Kemas ketika Mega masih presiden. Begitu dan selanjutnya sehingga nama harus mulai tertoreh di hati sanubari awam awam di kampung-kampung seluruh Indonesia. Bahkan sampai sekarang SBY lupa kini bukan satnya kempen terus dan dia terus mencitra dengan pelbagai “pencitraan”. Maka strategi SBY, pembangunan apapun yang dilakukan hanya sedikit dan yang terpenting diberitakan dan ini semakin memantapkan kedudukannya, seraya mengamankan kekuasaan dua tempoh dan kalau perlu lebih, meskipun di belakang layar, seperti Lee Kwan Yew Singapura.
    Dipilihnya SBY terbukti cukup menyelamatkan kepentingan Barat hingag saat ini. Dan ketika Obama baru-abru ini mampir ke Indonesia dari India untuk menuju Korsel dan negara-negara lain, pun dicitrakan bahawa SBY sengaja dating ke Indonesia demi SBY. Dipasangnya SBY terbukti menyelamatkan kepentingan Amerika cs. Maka ketiak itu 2004 dengan pelbagai cara akhirnya SBY sebagai pemenangnya bahkan dalam pilihan raya 2009. Tidak ada penguasa tanpa hasil kejuruteraan Amerika cs di negara-negara yang berkiblat ke Barat, termasuk Indonesia.
    Sebetulnya Indonesia ketika Mega tidak terpilih lagi ertinya negeri ini sudah kembali ke Orba tetapi dengan pendekatan lunak dengan bumbu-bumbu kebebasan akhbar dan bicara serta demokarsi hanya sebatas itu. Media menjadi bebas lepas tetapi kerana SDM mereka lemah dan kepentingan utama adalah jelas pemilik modal, mencari untung besar tanpa membina pendidikan dan pencerahan untuk rakyat itu. Media itu tidak berjuang bagi pembangunan sistem amsyarakat madani dan demokrasi yang benar. Sementara orang berkata demokrasi itu sudah kebabalsan. Sesungguhnya bukan kebablasan ettapi lebih tepat dikatakan demokarsi-demokrasian, dan SBY menikmati hal ini.
    SBY dibesarkan masa Orba jadi tidak mungkin tidak mengambil sebahagian pola Suharto. Ini berlangsung abadinya sehingga semakin menguatkan kuasa mafia peradilan yang SBY cuci tangan. Diana Hutagalung dalam komentar di blog tempo memberikan ulasan lebih tepat dalam hal ini.
    Jadi terdapat disain bahawa saat dan sepanjang SBY berkuasa tidak akan ada pemberantasan korupsi signifikan dan yang mampu mengheret banyak koruptor besar. Yang ada hanya ekspos-ekspos semacam aksus Gayus dan ini akan bergant-tukar agar rakyat lupa hal-hal yang tak dilakukan SBY dalam membagun negara yang benar. Tentu tidak akam ada keberanian SBY menghukum mati seorang koruptor wang negara, sebab DPR juga tidak akan membuat undang-undang untuk ini, dan undang-undang untuk Pembuktian Terbalik. Semua jadi blunder dan omong kosong. Hanya pencitraan. Hanya penipuan. Hanya pembohongan kepada awam yang memang kurang pendidikan. Tentu yang dikorbankan mungkin kelas sedang dan kecil seperti Gayus Halumoan, yang juga tidak mungkin dihukum mati. Kalau SBY berani hokum mati Gayus, maka akan dipilih untuk ke tiga kali oleh rakyat.
    Tentu koruptor level jeneral nggak akan tersentuh, kecuali Susno, peniup pelui yang malang. Tindakan seperti ini hanya untuk SBY memperlihatkan kepada awam terutama melalui media elektronik TV-TV di Indonesia yang juga berstandar ganda kerana kepentingan pemodalnya yang hendak cari selamat dan terkumpul untung besar, mudah dikelabuhi trik-trik lihai SBY. Yang terpenting ada berita-berita panas dan seru, tanpa makna buat rakyat. Hanya dimanfaatkan oleh SBY bahawa dia seolah-seolah meberantas rasuah benar-benar. Seorang jeneral di kepolisian mengatakan bahawa masyarakat pasti akan diberi banyak tontonan kes-kes mahkamah menarik di media sehingga lupa derita ekonomi dalam pemerintahan SBY. Beliau berkata akan banyak kejutan yang seru-seru (dan tak terasa SBY selamat berkuasa sampai dua tempoh.
    Tentu kejutan-kejutan yang dimaksudkan adalah berbagai permainan trik-trik mempertahankan kuasa haram SBY khususnya kejuruteraan-kejuruteraan kecurangan pemilu 2004 dan 2009 yang sangat sempurna melalui khususnya KPU dengan pembiayaan dari sebahagian besar wang hasil bailout Bank Century yang tidak dibongkar DPR. Sebuah kejuruteraan yang sempurna, cara lama. Pencitraan? Kini dalam rasa ingin tahu kita adalah: Siapa menjatuhkan siapa. Atau mereka sesungguhnya hanya satu dalam 1001 sandiwara, melalui pencitraan, di saat rakyat semakin tolol dan ditidurkan dengan penyalahgunaan agama oleh orang-orang berkepentingan khususnya orang-orang adri PKS yang tidak jelas. Juga Indonsia tidak memiliki NGO-NGO hak asasi manusia dan parti pembangkang yang benar-benar kuat, serta jeneral-jeneral yang barangkali sakit hati, pu sudah tua-tua dan nggak berani turun risko, melawan SBY. [Bila awak masih punya opini lain sila majukan di kami: rodiyahbintizainuddin@mscterengganu.my ].

  17. Huo Huan berkata:

    Orang-olang muda dan tua Indonesia mudah sangat terjebak hal-hal kecil dari media meleka yang mendiskusi hal-hal kecil, turut mengalihkan isu. Harusnya tentara dekat dan bersama mahasiswa dan rakyat untuk ambil aksi merebut. halusnya tentala setelah melihat situasi krisis saat ini lantas secepatnya pegang kekuasaan bagi mempertahankan negara dan rakyat bumiputera yang kini terancam oleh kami orang. Tapi tentara di Indonesia, kolonel-kolonelnya, tidak belani sama jenderal-jenderal meleka, yang padahal jadi jendelal kalena menyuap. Kami Singapore dulu tak ada artinya, kami merdeka juga lebih belakang, haiyaa. Tapi kami dapat pemimpin hebat, Tuan Lee Kuan Yew, pejuang sejati dan pemimpin sejati dalam kami inilah. Indonesia dulu ada pemimpin hebat, Sukalno, tapi direbut pemimpin karbitan CIA/Amelika, Suhalto. Indonesia kini sama saja, dipegang pemimpin tak tahu apa-apa, SBY. Maka kita orang, dinasti Han, Tionghoa perantauan, bukan Cina hebat macam mereka olang RRC/Tiongkok. Kami di Indonesia pandai dagang dan menyuap dan KKN dengan pejabat-pejabat Indonesia yang tak memiliki halga diri. Itu terus-menerus. Indonesia sekalang juga semakin hancul belantakan.

  18. ong xiao berkata:

    Diam kamu, Huo Huan!!!! Bukankah sudah nenek-moyang kita orang-olang Han/Tionghoa l/rancang semuanya. Tapi kita orang Han, Tionghoa, sudah lama kuasai dan kendalikan meleka, termasuk media utama, TV-TV berita, kita olang sudah kuasai dan dikte isinya semua, paham? Tak hanya itu. Titik-titik strategis Indonesia pun semua telah kami kuasai. Kita orang yalah dinasti Han. Semua isu harus kita alihkan dan kita pula-pula angkat isu-isu itu, tapi jangan dalam-dalam. Kalau tak, maka kita orang akan lugi semua, nanti kalau ada kerusuhan, harta benda kita orang ludes semua. Ingat, kini tak ada yang tidak kita orang kuasai. Kita orang pintar, mereka orang bumiputera tolol-tolol, mudah dibeli, haiyaa…. Di antala kami juga banyak yang masuk Islam, itu pura-pura saja, supaya kita olang tidak dimusuhi. Mana yang tidak kami orang kuasai ha…?! Semua tanah-tanah luas negeli itu, properti, perumahan dan blok-blok mewah saat ini semuanya milik kita orang. Haiya….. Tak ada yang tersisa untuk anak-anak bumiputera Indonesia. Haiyaaa…. Tak perlu 300 tahun. Pejabat-pejabat itu tolor-tolor, mahu ber-KKN dengan kami, mereka orang murahan, haiyaaa…. Kurang dari 100 tahun lagi, bumiputera itu semua sudah punah, haiyaaa… Yang telsisa dali meleka hanya sedikit sekali, macam etnis Aborigin di Australia, haiyaa….. Jangan tanya atau katakana itu lagi Hou Hian! Jangan kamu buka rahasia nenek moyang kita orang lagi !!!

Tinggalkan komentar