Instan

Instan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia berarti langsung (tanpa dimasak lama) dapat diminum atau dimakan. Di situ dicontohkan beberapa benda yang punya produk berjenis instan, antara lain sup, kopi, dan susu. Dalam perkembangan selanjutnya ternyata bukan cuma makanan yang bisa berpredikat instan, di kehidupan sehari-hari kadang orang menyebut instan untuk suatu hal yang bisa langsung diperoleh atau dinikmati tanpa perlu proses pencarian dan perjuangan panjang.

Sekali-kali coba sampeyan dateng ke Mapolres terdekat, di situ sampeyan bisa liat orang lagi muter-muter pake motor membuat bentuk angka delapan, ada juga orang-orang sipil yang sedang memaju-mundurkan mobil berplat nomor dinas polisi. Sampeyan tentu paham kalo mereka bukan lagi main-main dengan angka atau sedang belajar nyetir pake mobil dinas kepolisian. Mereka sedang ujian untuk mendapatkan SIM alias Surat Ijin Mengemudi.

Susah?

Wong namanya juga ujian, wajar kalo susah. Tapi kalo ternyata sampeyan ndak mau yang susah-susah, monggo sediakan uang lebih, datang langsung poto dan SIM pun jadi, instan. *Walaupun saya dengar sekarang “nembak SIM” ndak segampang dulu*

Anak sampeyan pengen masuk sekolah favorit tapi males belajar?

Ndak papa, yang penting bisa lulus ujian akhir. Nanti pada saat ndaftar ke sekolah tujuan berbaik-baiklah sama panitia penerimaan. Dengan ubo rampe dan sesajen dalam bentuk lembaran kertas warna merah secukupnya ndak akan terlalu susah menempatkan namanya di daftar siswa yang diterima, instan.

Sampeyan pengen jadi lurah, atau anggota dewan, bahkan mungkin kepala daerah?

Ndak perlu susah-susah mbikin visi dan misi yang muluk-muluk atau membangun citra dengan kerja keras berpeluh keringat serta cucuran air mata. Cukup melamar ke partai yang tepat, dengan mas kawin yang memadai, serta mampu ngasih uang rokok ke tim sukses yang mendadak berduyun-duyun datang ke sampeyan, instan.

Kalo contoh di atas terlalu muluk-muluk mungkin sampeyan pengen eksis di dunia maya, menjadi blogger dengan tulisan-tulisan yang dahsyat nan inspiratif. Ndak perlu susah-susah belajar nulis dari nol, tinggal rajin-rajin menjelajah dari blog ke blog saja, ambil tulisan yang menurut sampeyan bagus dan tempelkan di blog sampeyan, instan.

Instan memang memudahkan, hasilnya mungkin ndak terlalu memuaskan tapi yang penting ndak perlu ada proses dan ritual yang menyulitkan.

Menurut saya paling ndak ada dua macem pemicu yang menyebabkan orang melakukan hal-hal serba instan:

  • Dorongan dari dalam diri sendiri

    Mungkin dari kecil terbiasa mendapat kemudahan, contoh paling sederhana misalnya anak membuat berantakan mainannya dan dalam sekejap semua rapi karena bantuan orang tua. Di sekolah selalu mendapat kemudahan juga karena koneksi dan “partisipasi” orang tua. Bahkan kadang sampe masuk kerja pun karena dimasukkan sama orang tua, sudah terbiasa mendapatkan sesuatu secara instan.

  • Dorongan dari luar

    Bisa jadi karena sampeyan berpikir, “Semua orang juga melakukan hal yang sama.” Lupa bahwa kesalahan yang dilakukan oleh orang lain ndak bisa dijadikan pembenar perbuatan kita. Mungkin juga karena orang ndak percaya sistem yang bekerja, sehingga cenderung melakukan dengan caranya sendiri, yang instan.

Kalo sampeyan pernah mendengar atau melihat perbuatan anarki yang dilakukan oleh seseorang atau sekelompok masyarakat, bisa jadi karena mereka memang sudah ndak sabar dengan segala proses dan ritual yang menyusahkan. Mungkin males beradu dalil dan argumen, mungkin juga ndak percaya sistem yang berlaku bisa mewujudkan hasil yang memuaskan, mereka ingin memperoleh hasil secara instan.

Tadi sore ada bom meledak di salah satu kantor berita. Saya berharap bom itu bukan digunakan hanya karena males berbeda pendapat dan ingin mengakhiri perselisihan dengan cara instan, sebab kalo benar demikian maka instannya sudah bener-bener keterlaluan.

Jiyan!

*gambar diambil dari sini

11 comments on “Instan

  1. Tadi sore berita bom buku itu bertubi-tubi. Sayangnya Kompol ingin membereskan bom tersebut secara instan. Mestinya memanggil unit gegana.

  2. Yensye berkata:

    Ada cara instan ke 3a tanpa kuliah or UD ga mas?
    Ato cara instan biar lulus UD…
    qqqqqq

  3. ndaru berkata:

    semoga tulisan sampeyan ini cuman satir, bukan tips yang betul2 dikerjakan

  4. clingakclinguk berkata:

    dan kita pun sekarang lebih memilih untuk update berita secara instan, via twitter misalnya, semua langsung ikut bereaksi atas sebuah peristiwa tanpa didasari kedalaman pemahaman kita akan peristiwa yang sedang terjadi.

  5. oghello berkata:

    salam kenal mas!!!!!!!!!

  6. mawi wijna berkata:

    perkembangan teknologi membuat segalanya menjadi instan ya Kang? termasuk cara berpikir manusia? :p

  7. chocoVanilla berkata:

    Yang instan-instan itu ndak bagus buat kesehatan. Banyak vetsinnya, susah dicerna, dan yang jelas bikin males dan bodo :mrgreen:

  8. Asop berkata:

    Walah, gara2 pembuatan SIM instan itu, kota2 besar jadi dipenuhi “sopir kacangan”. 😡 Banyak rambu dan marka jalan yang gak dipatuhi dan nyetir ugal2an. Berlaku bagi pengendara sepeda motor dan mobil. 😦

  9. Aurel berkata:

    Alhamdulillah Aku dapat SIM C & A di Malang Tidak Pakai Cara Instan An….Sesuai Bugjet yang tertera di Daftar biaya Plus Check Kesehatan “ala kadarnya” (cuma tensi darah & baca tulisan dari jarak 1,5 M ) dengan biaya test 20ribu….tapi butuh waktu 1/2 hari mulai ujian tulis sampek cetak SIM….hehehhehehee

    Mantabs……

  10. Aurel berkata:

    Alhamdulillah Aku dapat SIM C & A di Malang Tidak Pakai Cara Instan An….Sesuai Bugjet yang tertera di Daftar biaya Plus Check Kesehatan “ala kadarnya” (cuma tensi darah & baca tulisan dari jarak 1,5 M ) dengan biaya test 20ribu….tapi butuh waktu 1/2 hari mulai ujian tulis sampek cetak SIM….hehehhehehee

    Mantabs……SIp To..Saatnya Berubah….

    #stein:
    top!

  11. […] pada anak, saya jadi tau apa yang saya mau tulis, dan jadilah tulisan Marah Itu Mudah. Atau tulisan Instan yang terispirasi postingan Mbak Devieriana dan Mbak […]

Tinggalkan komentar