Bukan Manusia Biasa

Sampeyan pernah denger nama Billy Sheehan? Seorang pemain bass yang dulu pernah bergabung dalam David Lee Roth Band bersama gitaris Steve Vai sebelum akhirnya melejit dengan band bernama Mr Big. Mungkin ada baiknya sampeyan mendengarkan lagu Addicted to That Rush sebelum meneruskan mbaca dobosan ini.

Seorang pemain bass mempunyai posisi yang vital dalam sebuah band, karena bersama drummer dia bertugas menjaga ritme permainan. Karena tugasnya menjaga ritme, biasanya permainan bass ndak terlalu menonjol dan cenderung statis, hal yang wajar karena permainan bass bisa diibaratkan pondasi dalam bangunan, ndak perlu indah, yang penting kuat.

Tapi teori seperti itu ndak berlaku buat Billy Sheehan. Ndak puas cuma jadi sekedar penjaga ritme, Billy mencoba memasukkan teknik yang biasanya cuma dilakukan para gitaris ke dalam permainan bassnya. Dari mulai bermain mengandalkan kecepatan, sampe teknik bending, tapping, bahkan pinched harmonic.

Sampeyan mungkin pernah mendengar nama Mike Portnoy, drummer band Dream Theater. Ndak beda jauh sama Billy, si Portnoy ini juga ndak rela kalo cuma disuruh jadi penjaga ritme permainan. Dengan permainan yang super kacau kadang malah John Petrucci sang gitaris yang harus menjaga ritme. Pada cover album pun kadang Portnoy mencantumkan posisinya sebagai Lead Drum, padahal kata Lead biasanya cuma jadi milik gitaris utama.

“Bending, tapping, lead, kuwi panganan opo tho Le?” Tanya Kang Noyo menghentikan ocehan saya soal Portnoy.

Sebenarnya saya juga ndak gitu ngerti, tapi ada kalanya saya memang harus ngomong istilah-istilah asing biar keliatan pinter. Paling ndak tadi sekilas saya liat Kang Noyo sedikit terkagum-kagum. *silakan muntah*

“Banyak yang bisa main bass, tapi ndak banyak yang bisa seperti Billy Sheehan. Banyak yang bisa main drum, tapi cuma ada satu Portnoy di dunia. Gitu lho Kang, ngerti Sampeyan?” Kata saya sok berteka-teki biar makin keliatan pinter.

“Oalah! Kalo cuma kayak gitu yo ngerti aku Le. Sama saja kayak donat, banyak orang bisa nggoreng donat tapi jarang yang bisa merajalela kayak Dunkin atau J-Co, begitu tho maksudmu?” Ujar Kang Noyo.

“Wis tho Le, sama-sama buruh pabrik kemampuan intelektual kita sudah jelas ndak jauh beda. Ndak perlu merasa rendah diri trus sok-sok nggedabrus keminter walaupun kemampuanmu memang sedikit di bawahku.” Lanjut Kang Noyo dengan tenang sambil nyebul asap rokoknya.

Asem!

Konon memang banyak orang merasa cemas dengan persaingan, ada yang mumet dengan dihapusnya bea impor, ada yang takut dengan masuknya tenaga kerja asing, ada juga yang ketar-ketir saingan dengan orang sekantor. Walaupun ada juga yang adem ayem macem saya sama Kang Noyo, pokoknya tenang-tenang saja selama warung Mbok Darmi masih bisa buat cangkrukan, ndobos sambil ngopi.

Kata Mbah Suto kapan hari, itu karena banyak orang ndak punya keunggulan komparatif.

“Opo kuwi Le?” Tanya Kang Noyo.

“Saya ndak tau persis artinya Kang, cuma kalo liat asal-usul kata komparatif itu kan artinya berdasarkan perbandingan, jadi mungkin kurang lebih artinya keunggulan yang keliatan saat kita dibandingkan.” Kata saya.

“Mosok artinya kayak gitu? Keunggulan komparatif itu bukannya teori dalam perdagangan internasional? Karena suatu negara beda keunggulan komparatif dalam memproduksi sesuatu dengan negara lain makanya mereka saling bertukar biar sama-sama untung.” Tanya Kang Noyo ndak percaya.

“Lhadalah! Sampeyan ini nanya atau ngetes?” Saya balik nanya.

“Nanya.” Jawab Kang Noyo.

“Kalo nanya ya terima saja jawaban Saya, kalo ngetes baru boleh ngeyel.” Ujar saya dengan nada puas liat wajah Kang Noyo yang anyel.

Keunggulan itu bisa diperoleh dengan inovasi, belajar, mungkin juga dengan membangun sistem yang lebih sempurna. Intinya jangan mau jadi orang yang biasa-biasa saja.

“Kalo begitu tolong bayari yo Le, kopi satu sama gorengan lima. Dalam hal isi dompet sepertinya kamu punya keunggulan komparatif.” Ujar Kang Noyo sambil berlalu.

Saya bengong sambil garuk-garuk kepala.

Jiyan!

17 comments on “Bukan Manusia Biasa

  1. wahyuseptiarki berkata:

    Wah, mastein gahul tenan! 😀

    Saya awal tau bassis pake macem-macem teknik itu Tetsu, mas. Bassis-nya band Laruku. 🙂

    #stein:
    saya gawul? guyon sampeyan ini 😆

  2. Vicky Laurentina berkata:

    Sampeyan itu lho, Mas, saban kali ngopi sama Mas Noyo mesti yang dipangan ya gorengan. Ndak ada menu lain, apa? Mbok ganti gitu kek. Bakso, siomay, rujak cingur..

    #stein:
    oalah mbak mbak, mosok ya minum kopi temennya rujak cingur…

  3. devieriana berkata:

    jadi trus critanya si kang Noyo itu musisi? *eh*
    😆

    #stein:
    jangan menyebar gosip mbak, kami berdua masih setia jadi buruh pabrik!

  4. ToPu berkata:

    Wah Saya juga ikut dong…, Saya pesan gorengan ma nasi lauk pauk serta teh angetnya ya.., hehehehehehe…

    #stein:
    halah!

  5. nDaru berkata:

    sayang, di negri kita ini keunggulan komparatip itu acuannya yang negatip2…misalnya: korupsi, niputisme, bla…bla..bla..

    #stein:
    makanya kita harus mbantu mbak, biar ndak selalu negatip

  6. Ramadhan berkata:

    wah bagus mas klo dibuat judul lagu, kayak lagunya ada band “manusia bodoh” (hampir mirip)..

    salam kenal mas..

    #stein:
    salam kenal juga

  7. mawi wijna berkata:

    saya harus berani…saya harus berani…saya harus berani…saya harus berani…tidak takut…aaagh!!!

    #stein:
    halah! 😆

  8. tugas memakmurkan negara belum usai.. mari kita lanjutkan~!

    #stein:
    mari…

  9. frozzy berkata:

    saya juga termasuk yang menggilai si mas billy sheehan itu waktu saya masih ABEGE…hahahaha…. mantap… mas keunggulan komparatifnya di dompet ternyata…prikitiww

    #stein:
    ah, itu sih biar dibayarin thok!

  10. macangadungan berkata:

    iya ya… mgkn dgn dibukanya perdagangan bebas, dan masuknya produk cina, justru bisa menunjukkan kualitas produk dalam negri… sayangnya, msh banyak loh prang yg lebih mentingin harga drpd kualitas. buktinya banyak yg masih pake produk2 aspal yang ada embel2nya KW1, KW2 dan KW lainnya… pdhl tetep aja imitasi.

    eh, dlu aku jg klo main bass ndak berani terlalu improve. takut balepan sama lead guitarnya (ah, bilang aja emang lo gak pinter mainnya XDDDD)

    #stein:
    wew, pemain bass tho? manteb!

  11. adipati kademangan berkata:

    Sebenarnya ketakutan seperti itu tidak perlu ada
    Bagaimanapaun hebatnya Billy Sheehan dalam bermain bass, kalau beliau dimasukkan ke dalam Soneta Group milik bang Rhoma Irama ya bakalan ruwet ndangdutnya.
    Bukan tingginya hasil komparatif yang menjadi ukuran tetapi penggunaan kemampuan yang tepat harus menjadi perhatian.

    #stein:
    ah, bijak sekali sampeyan ini. yang terbaik memang bukan yang cuma belajar tapi yang juga mengamalkannya 😀

  12. Asop berkata:

    Mantap. 🙂
    Memang kita harus beda ya supaya memiliki kelebihan dari yang lain. 🙂

    #stein:
    yang penting jangan asal beda saja mas, itu malah merepotkan 😆

  13. wongiseng berkata:

    Saya jadi inget petuah Oom saya yang emang rodo mbeling dari kecil, “Sing penting kuwi kowe ketok pinter, ora penting pinter tenanan opo ora.”

    Biarpun miring tapi ketok pinter bisa punya keunggulan komparatif seperti yg tinggal di gedung miring :))

    #stein:
    halah sampeyan ini :mrgreen:

    eh, konon katanya kemiringannya ndak sampe 1 derajat lho mbah, hebat banget yo mereka bisa tau 😆

  14. sigit berkata:

    saya suka banget dengan Mike Portnoy gan..saking sukanya saya suka ikut2an kacau, tapi gara2 saya main kacau gitaris saya ikut kacau ritmepun jadi kacau..karena kebetulan gitaris saya nggak suka Petrucci hehehe…jadi dia gak harus jaga ritme yang diacak2 Portnoy…

    #stein:
    kita aliran lokal saja tho, mus mujiono 😆

  15. antondewantoro berkata:

    Sebenarnya saya juga ndak gitu ngerti, tapi ada kalanya saya memang harus ngomong istilah-istilah asing biar keliatan pinter — setuju bangat. Ucapkan beberapa patah istilah asing dan anda akan dianggap pintar. tapi keunggulan komparatif lah yang akhirnya akan menang kok. Setuju.
    Salam kenal

    #stein:
    salam kenal juga mas

  16. Judulnya keren. Bisa dibikin lagu.
    *halah*

    #stein:
    halah juga 😆

  17. combrok berkata:

    saya juga cuma mo bilang “halah” he he he

Tinggalkan komentar