Nempur Beras

“Bulan ini Februari kan ya? Jadi cuma sampe tanggal 28?”

“Eh salah, ini kan tahun kabisat, jadi Februarinya sampe tanggal 29.”

“Yah, berarti cuma selisih sehari dari bulan biasa, gajian masih sepuluh hari lagi dong!”

Dialog imajiner yang berlarian kesana-kemari di otak saya menjelang tanggal tua begini. Padahal belum tanggal tua lho ya, baru menjelang.

“Yah, susu anaknya habis.” Kata istri saya.

Lho? Biasanya paling 4 kotak sebulan?

Wis tambah mumet saya, kok habisnya ndak pas awal bulan tho ya, kalo baru habis gajian kan duitnya masih banyak. *eh, piye tho iki?*

“Berasnya juga habis.”

Mak! Modiyar tenan. Mbok habis itu jangan barengan. Dan lagi yang habis kok ya beras, mbok ya tinta pulpen atau pulsa gitu lho, yang bisa ditunda.

Itung-itungan di kepala saya makin mbulet, inget kemaren sudah ngutang sama temen di pabrik buat ngisi amplop sumbangan. Jadi kira-kira berapa hari lagi saya bisa bertahan?

Dan ini adalah hari senin, hari di mana level kemalasan mencapai puncaknya. Hahaha! *ketawa stres*

Sampe di terminal saya liat mbah-mbah pengemis langganan saya, di pintu keluar parkiran tempat saya tiap hari naruh motor sebelum melanjutkan perjalanan ke pabrik tempat mburuh yang ada di luar kota. Senyum sederhana dan ucapan assalamualaikum seperti biasanya.

Saya mbatin, “Waktu tanggal muda saja orang terbiasa ngasih sedekah sekedarnya, gimana kalo tanggal tua?”

Saya yang itungannya punya pekerjaan tetap dengan bayaran jelas saja merasa mumet di akhir bulan, gimana dengan si mbah?

Saya memang sedang membandingkan, tapi bukan untuk membuat saya merasa beruntung, karena saya masih tetap berpendapat bahwa bersyukur seharusnya tanpa pembanding. Saya hanya sedang berusaha berfikir logis, saat tanggal tua begini seharusnya sedekah kita lebih besar. Kita yang biasa cukup saja saat tanggal tua merasa kurang, gimana dengan yang sehari-harinya memang sudah kurang?

Saya merogoh saku, ada selembar duapuluhribu di antara lembar-lembar ribuan dan duit koinan.

“Alhamdulillah, bisa nempur beras.” Kata si mbah.

Ah, nempur beras, lama sekali saya ndak pernah dengar kata itu. Konon kata itu berangkat dari beratnya perjuangan hidup layaknya bertempur untuk bisa membeli beras.

Senyummu melegakan mbah, paling ndak untuk sementara, sampe saya teringat lagi bulan ini masih tersisa sepuluh hari.

Jiyan!

14 comments on “Nempur Beras

  1. soewoeng berkata:

    mesake men mas mas

  2. @ndorondoni berkata:

    Nempur beras artinya apa mas?

  3. Scaffolding berkata:

    wah sama saya juga merasa bulan ini bnyak sekali pengeluaran, sepertinya tersseret2 sampe ke akhir bulan mana di akhir bulan sebelum gajian ada tetangga nikah, bulan yang melelahkan tapi keep smile 😀

  4. ret berkata:

    Nempur java language yang artinya membeli. februari thn ini sampe tgl 29 mas 😀

  5. adiekeputran berkata:

    pertempuran antar jenis beras ya…

    #apacoba…

    wah di pabrik emang mesti nunggu gajian,,hihihi :mrgreen:

  6. chocoVanilla berkata:

    Itu belum seberapaaaa, Mas. Kemaren gas saya habis bareng sama air galon, endog, minyak goreng, untung gak perlu nempur beras 😀
    Dan untunglah gajian saya gak d iakhir bulang 😛

  7. big sugeng berkata:

    Alhamdulillah mas, keluarga bisa lancar meskipun kadang harus nempur beras 5 kg, ditambah gas habis, bensin anak2 ya habis
    pokoknya pebruari masih seminggu lagi meskipun kenyataanya tinggal 3 hari lagi

  8. “Nempur beras”, berapa puluh tahun daku tdk mendengar kata itu. Sekarang malah mbaca di blog-nya Mastein.

    Dulu waktu nenek bilang mau “nempur beras” daku tanya: mau perang dimana, Nek? Hehehe…

  9. rully berkata:

    saya nempur burger :p

  10. surya berkata:

    nempur ketan bisa nggak,,,,,,,,,,,,,,?
    yuuuuuk bertukar informasi melalui http://unsri.ac.id

  11. fairyteeth berkata:

    Ndak punya penghasilan tetap seperti saya lebih ngenes mas… 😐

    […karena saya masih tetap berpendapat bahwa bersyukur seharusnya tanpa pembanding.]

    Kalimat ini juara!!

  12. zaldy berkata:

    terimah kasih ya infonya bagus banget!!

    bleh donk bertukar info ,,, liat saja disini :www.unsri.ac.id

Tinggalkan komentar