Yang Mau Kredit, Ambil Sekarang!

Dalam penyaluran kredit kepada nasabah, paling ndak ada dua resiko utama yang harus diperhatikan oleh bank. Yang pertama adalah resiko kredit, yaitu resiko akibat kegagalan debitur dalam memenuhi kewajiban terhadap bank, yang kedua resiko likuiditas, yakni resiko akibat ketidakmampuan bank untuk memenuhi kewajiban yang jatuh tempo dari sumber pendanaan arus kas dan atau dari aset likuid berkualitas tinggi yang daapat diagunkan, tanpa mengganggu aktifitas dan kondisi keuangan bank.

Saya manggut-manggut ndak mudheng, walaupun sudah beberapa kali mengulang kalimat yang tertera pada Peraturan Bank Indonesia No 11/25/PBI/2009 tersebut. Maklumlah, otak pas-pasan buruh pabrik macem saya disuruh memahami aturan yang ditujukan untuk para pejabat perbankan, yo ndak nutut.ashamed0004 Free Emoticons   Shame

“Kalo memang ndak mampu mbok ndak usah maksa, sini kertasnya buat bungkus gorengan saja.” Kang Noyo membuyarkan konsentrasi saya.

Wong edan!

Entah kenapa temen saya yang ini ndak pernah menghargai keseriusan saya, padahal sekali-kali saya juga pengen dianggap orang yang rada intelek, keliatan serius dan pinter.

“Pesen kopi dulu Kang, ada topik penting ini.” Ujar saya. Biarlah yang lain meeting sambil menikmati starbuck, di sini juga bisa ndobos sambil nyesep kopinya Mbok Darmi.

“Ono opo tho Le?” Kang Noyo duduk dengan korek siap di tangan, seperti biasa, siap ngembat rokok teman.

“Pokoknya kalo sampeyan niat kredit motor, mendingan sekarang.” Kata saya.

Pada hari Kamis, 15 Maret 2012 kemaren, Bank Indonesia selaku penguasa jagat perbankan dan Kemeterian Keuangan selaku penguasa jagat keuangan (halah!) kompak mengeluarkan aturan yang membuat orang dengan duit pas-pasan susah dapet kredit.

Bank Indonesia mengeluarkan Surat Edaran No 14/10/DPNP yang isinya antara lain :

  1. Uang Muka KPR untuk pembelian rumah tinggal dengan tipe di atas 70 m2 minimal 30%.
  2. Uang Muka kredit motor roda dua minimal 25%.
  3. Uang muka kredit mobil untuk keperluan non produktif minimal 30%.
  4. Uang muka kredit mobil untuk keperluan produktif minimal 25%.

Sedangkan Kementerian Keuangan menerbitkan Peraturan Menteri Keuangan No 43/KMK.010/2012 yang isinya :

  1. Uang Muka kredit motor roda dua minimal 20%.
  2. Uang muka kredit mobil untuk keperluan non produktif minimal 25%.
  3. Uang muka kredit mobil untuk keperluan produktif minimal 20%.

“Kok persentasenya beda Le?” Tanya Kang Noyo.

“Yo beda Kang, yang diatur juga beda.” Jawab saya.

Bank Indonesia sesuai kewenangannya mengeluarkan aturan yang wajib ditaati semua bank di Indonesia, sedangkan Kementerian Keuangan mengeluarkan aturan yang wajib ditaati lembaga pembiayaan non-bank.

Yang jelas latar belakang dikeluarkannya aturan-aturan tersebut adalah untuk meningkatkan prinsip kehati-hatian, diantaranya menyangkut dua resiko yang sempat saya sebut di awal tulisan. Khusus untuk KPR, Bank Indonesia menyebutkan alasan tersendiri :

Bahwa pertumbuhan KPR yang terlalu tinggi juga dapat mendorong peningkatan harga aset properti yang tidak mencerminkan harga sebenarnya (bubble) sehingga dapat meningkatkan Risiko Kredit bagi bank-bank dengan eksposur kredit properti yang besar.

Tiga bulan dari sekarang berarti sampeyan ndak akan ketemu iklan kreditan motor DP Rp 500 ribu, kreditan mobil DP 10%, dan (semoga) para pengembang perumahan juga lebih bijaksana menawarkan harga. Dengan uang muka dipatok minimal 30% tentu berat bagi calon konsumen. Mau ndak mau developer harus lebih ati-ati menghitung harga.

“Percuma kamu bahas Le, wong ndak ngaruh buat kamu.” Kata Kang Noyo sambil menyalakan rokoknya, entah yang keberapa, dan semua ngambil punya saya.

Kok?

“Kira-kira kamu mampu beli rumah tipe 70?” Tanya Kang Noyo.

“Ndak.”

“Punya duit buat kredit motor atau mobil?”

“Ndak”

“Yo wis, selesai sudah. Apalagi yang mau dibahas?”

Lho, tapi kan…

Kang Noyo langsung minggat. Mungkin memang ndak ada yang perlu dibahas, atau mungkin…

Saya lihat bungkus rokok saya di meja, sudah kosong ndak bersisa, pantes saja. fighting0050 Free Emoticons   Fighting

Jiyan!

14 comments on “Yang Mau Kredit, Ambil Sekarang!

  1. kopiholico berkata:

    hahahhahahha….
    seru mas bahasannya.

    Jadiii, paling enggak aku kudu nyiapin 30%-nya dari harga rumah idamanku itu ya… *manggut2 sedih*

  2. danang berkata:

    dengan aturan ini berarti credit risk mengecil, apakah berarti bunga kredit akan turun? semoga.. 🙂

  3. sapimoto berkata:

    Hahahahaha….
    Tak kiro nek arep bukak kreditan murah, mbayar sak eling-e…

    Kemungkinan kebijakan ini diambil juga untuk antisipasi yang telah terjadi di Amerika sekitar 4-5 tahun lalu, subprime mortgage. Bener ngono ta nulis-e?

  4. warm berkata:

    ya bagus toh peraturan itu, mas
    jadinya untuk ngredit harus mikir panjang
    ya mending uangnya ga buat ngredit, buat apa gitu *eh

    soalnya kredit itu ga lebih dari apa ya, uler, ngebelit bener hehe

    saya asli malah seneng denger postingan ini :mrgreen:

  5. chocoVanilla berkata:

    Wah, no comment deh! Angel, otakku gak nutut. Ini shock terapi namanya. Wis aku tak melu Kang Noyo wae, ngeloyor… tapi aku ndak ngambil rokok lho, Mas. Ra doyan blaz!

  6. budiono berkata:

    hwkkwwkw.. jiyan tenan kok konco sampeyan itu. kalo ketemu lagi nitip jewerkan kuping kanan dan kirinya! 😀

  7. Chic berkata:

    *bintangin postingan ini*

  8. Chic berkata:

    eh iya, untung sudah beli rumah dan mobil sebelum ada aturan ini.. hihihih
    tapi ngga ngaruh ding, wong dari kapan-kapan juga kalo mau mobil gitu saya selalu bayar DP 30% bahkan lebih, biar cicilannya ga mahal… #ihik
    :mrgreen:

  9. Chic berkata:

    *sekalian hetrik*
    *kabur sebelum ditendang yang punya blog*

  10. @ndorondoni berkata:

    Mastein, untuk kredit rumah yang minimal luasnya 70m2 itu, apa apa ngefek? Berapa persen orang yang kredit rumah untuk seluas itu? karena sebagian besar pengembang saya liat menyediakan luas rumah sebesar 21/36/42/56. 60 m2 itu udah luas banget dan jarang.

    Rumah mewah banyak yg dijual 42 meteran. Berarti masih bisa kan make uang muka cuma 5%?
    Berarti juga efek buble masih sangat besar kemungkinan untuk terjadi di Indonesia. Melihat harga rumah sekarang yg udah di atas taraf wajar (menurut saya).

    Eh, tapi, saya gak tau kondisi di jakarta sih. Mungkin emang rata2 di sana perumahannya udah di atas 70m2 kali ya?
    :)))

  11. seagate berkata:

    Saya setuju untuk persentase uang muka kredit mobil dan motor mas, biar Jakarta ndak makin macet 😀

  12. Antyo Rentjoko berkata:

    Ya, kita mesti belajar dari kasus supreme mortgage di Amrik. Akhirnya moralitas ekonomi liberal pun dipetanyakan oleh Stiglitz: apa adil korporasi keuangan main duit seenaknya lantas negara (dengan uang rakyat) melakukan bail out agar “kerusakan sistemik” tak terjadi? Bedanya, moral hazard di sana masih dikontrol, sehingga ketika beberapa eksekutif perusahaan yang ditalangi tetap mendapatkan bonus gede maka rakyat pun marah.

    Saya baca BusinessWeek, masa obral pinjaman diwarnai cara pemasaran yang tak elok, antara lain berbau seks.

    Hal mengerikan di kita dulu ya BLBI. Para juragan kaya ngutang tapi yang disuruh membayar adalah rakyat, padahal yang bangkrut kan perusahaan mereka, bukan mereka pribadi. Sudah begitu setelah perusahaan ditangani BPPN ada yang buy back lewat tangan lain.

    Jadi orang kaya karena kredit yuk. Soalnya enak.

  13. rully 99 berkata:

    Hah…??? Mosok mastein krediiiiit…? Gak lepeeel, sampean kudune kie langsung mbayar hard cash, tunai keras, ra nggawe utang-utangan segala…

  14. nutrisia berkata:

    hehehehe, syukurlah KPR bersubsidi buat RSS nggak termasuk

Tinggalkan komentar