Menyoal Kesangkilan Kaos Kaki

kaos kaki

Konon katanya persaingan di dunia ini sekarang makin ketat. Kualitas harus selalu meningkat dengan proses dan bahan terpakai maksimal. Segala sesuatu harus dilakukan dengan mangkus dan sangkil, atau para penyerap boso londo lebih sering menyebut dengan istilah efektif dan efisien. Memotong jalur yang ndak perlu, memaksimalkan pemakaian bahan, mencegah pemborosan, menyegerakan pemakaian supaya terhindar dari biaya penyimpanan. Sampeyan bisa menyebut banyak contoh lain, ujungnya tetep, melakukan secara mangkus dan sangkil.

“Warung ini bisa lebih mangkus dan sangkil kalo sampeyan nggorengnya ndak pake minyak sakhohah gitu Mbok. Dan nggorengnya jangan jauh-jauh, di deket sini saja, jadi ndak perlu piring, orang kalo mau makan gorengan langsung ngambil dari tempat penirisnya. Semua harus dilakukan dengan sesedikit mungkin proses dan bahan.” Tutur Kang Noyo dengan gaya dosen merangkap dekan yang lagi ngincer jabatan rektor.

Mbok Darmi garuk-garuk rambut, bengong.

“Kamu juga Le, ndak perlu bawa korek. Buat apa? Wong di sini sudah ada api, tinggal nyulut di pawon-nya Mbok Darmi. Biar kamu juga lebih mangkus dan sangkil.”

Mbuh!

“Negara kita ndak akan seruwet ini kalo semua dilakukan secara mangkus dan sangkil. Jangan cuma nunggu negara, presiden, menteri, pejabat, birokrat. Semua harus mulai untuk berlaku mangkus dan sangkil, mulai dari yang kecil, mulai dari diri sendiri, termasuk kamu!”

Oalah, ini kapan Kang Noyo kesambet Mbahe Sangkil?

“Yang bisa saya lakukan biar mangkus dan sangkil misalnya apa Kang?” Saya mulai agak mangkus mangkel mendengar ocehan Kang Noyo.

“Mulai dari yang sederhana, ndak usah pake kaos kaki.” Ujar Kang Noyo.

Kok?

“Apa untungnya memakai kaos kaki?” Tanya Kang Noyo.

“Apa untungnya ndak make kaos kaki??” Saya balik nanya, anyel.

Kang Noyo cengengesan, “Ya gini ini, kalo pikiran ndeso ndak pernah diapdet.”

“Walaupun levelmu cuma buruh pabrik, jangan cuma jadi robot yang cuma jalan saat dapet perintah, kamu juga harus berpikir secara mandiri tentang continuous improvement!”

Panganan opo kuwi?

“Perbaikan Le, peningkatan yang dilakukan secara berkelanjutan.” Oceh Kang Noyo.

Jadi kata Kang Noyo pada dasarnya ada dua macem aktifitas yang harus dieliminasi :

  1. Aktifitas yang tidak memberikan nilai tambah
  2. Aktifitas yang memberikan nilai tambah tapi tidak dilakukan dengan efisien

“Kamu harus bisa memilah untuk melakukan sesuatu yang benar dan melakukannya dengan benar.” Lanjut Kang Noyo.

“Selain itu kamu juga harus memaksimalkan penggunaan aset, fokus pada biaya yang memang benar-benar penting.”

Hadah! Makin mumet saya.

“Trus hubungannya sama kaos kaki tadi apa Kang?” Tanya saya.

Muka Kang Noyo makin menunjukkan mimik serius.

“Coba kamu pikir, dengan tidak memakai kaos kaki, kamu makin cepet pake sepatu. Sangkil tho?”

Sangkil lagi?

“Mau sholat, copot sepatu langsung wudhu, selesai sholat ndak repot pake kaos kaki, lebih cepet.”

“Dari sisi biaya, kamu ndak perlu beli kaos kaki. Lebih irit deterjen karena ndak perlu nyuci kaos kaki. Kamu juga ndak perlu takut malu karena kaos kakimu bolong. Ndak perlu takut kaos kaki bau.”

“Intinya adalah kaos kaki merupakan pemborosan, baik dilihat dari segi pemakaian aset maupun sisi efisiensi aktifitas.” Lanjut Kang Noyo.

“Dan itu harus kita liat dalam kerangka continuous improvement. Peningkatan kemangkusan dan kesangkilan dalam semua aspek.” Kang Noyo tersenyum puas sambil menghembuskan asap rokoknya, rokok yang diembat dari saya, seperti biasa.

Bagus sekali! Saya jadi berpikir untuk membuat sebuah tulisan, mungkin judulnya adalah “Pengaruh Kaos Kaki pada Efisiensi Perusahaan.” Atau mungkin, “Korelasi Pemakaian Kaos Kaki dan Tingkat Kemeruh, Kementhus, serta Kemaki Seseorang : Studi Kasus pada Kang Noyo, Seorang Buruh Pabrik.”

Mungkin bisa dapat A plus dalam kuliah.

A plus kaplok.

Jiyan!

10 comments on “Menyoal Kesangkilan Kaos Kaki

  1. warm berkata:

    bahasa sampeyan tingkat tinggi
    ndak mudheng saya πŸ˜₯

    ah iya, mangkus n sangkil iku opo, mas ? 😐

    #stein:
    tinggi dari hongkong? ini kan cuma obrolan level warung kopi om. mangkus dan sangkil adalah bahasa asli kita untuk kata efektif dan efisien πŸ™‚

  2. deteksi berkata:

    bwhwkwkwkw… saya yang termasuk mengikuti anjuran kang noyo itu. ndak pernah pake kaos kaki. lha pak kaos tubuh aja males apalagi kaos kaki, jan gak sangkil! :d

  3. kalo saya mo senam pagi aja pke kaus kaki sehari-hari ngga !!

  4. risdania berkata:

    aku jadi penasaran ama mbok darmi lho,,hehe

  5. Kang Noyo dibilangin ndak usah pake celana sekalian, biar kalau ke toilet lebih cepet, hahaha…

    Salam

  6. deeadewie berkata:

    hahaha, aku ngertine singkil mas..

  7. chocoVanilla berkata:

    Sesuk Mbok Darmi nggoreng nganggo pasir lho!

    Saya baru tau istilah mangkus dan sangkil, Mas 😳

    (Jowo durhaka :mrgreen: )

  8. […] Saya pamit sambil mbatin, “Paling sampeyan cuma mau ngomong soal mangkus dan sangkil.” […]

  9. rohman berkata:

    Menyoal Kesangkilan kaos Kaki

  10. seagate berkata:

    saya sampe ngakak waktu baca dapat nilai A plus kaplok tadi hahahaha

    tapi saya ndak setuju kalo ndak make kaos kaki mas, baunya itu loh yang ndak nahan =))

Tinggalkan komentar