Bayaran, Kontribusi dan Prestasi

Sebagai buruh yang sudah agak lama kerja di pabrik saya kadang mikir, bayaran yang saya terima kok segitu-gitu aja. Maksud saya dibanding dengan anak-anak yang baru saja masuk pabrik selisihnya ndak jauh. Mosok ya boleh begitu? Seharusnya masa kerja juga diperhitungkan, jadi ada bedanya bayaran senior sama junior.

“Bener gitu tho Kang?” Tanya saya tadi sore waktu ketemu Kang Noyo di warung Mbok Darmi.

Temen saya yang lebih senior di pabrik itu mesem, dengan gerakan perlahan tapi pasti meraih rokok saya, mengambil sebatang dan menyulutnya. Dasar kelakuan, sudah tanggal tuwek gini yo masih tega ngembat rokok saya.

“Jadi maumu gimana?” Kang Noyo nanya balik sambil nyebul asap rokoknya.

Welhadalah! “Yo jelas tho Kang, harusnya ada tambahan bayaran untuk senior dengan memperhitungkan masa kerja kita yang lebih lama.” Jawab saya.

“Alasannya?” Tanya Kang Noyo lagi.

“Kontribusi! Dibanding sama anak-anak baru itu kontribusi kita ke pabrik jelas lebih banyak tho Kang, mosok ya ndak ada itungannya?” Ujar saya dengan nada seperempat oktaf lebih tinggi.

“Ah, alesanmu ndak kuat Le. Kontribusimu kan sudah dibayar.” Kata Kang Noyo kalem.

“Wis dibayar piye?” Tanya saya.

“Lha kok pake nanya, kamu selama kerja bertahun-tahun kemaren itu dibayar ndak?” Kang Noyo nanya balik.

Kata Kang Noyo ndak pantes seorang buruh yang lebih senior macem saya ini menuntut bayaran lebih tinggi dibanding anak baru dengan alasan kontribusi, karena selama saya kerja nyetor kontribusi ke pabrik bertahun-tahun kemaren itu saya sudah dibayar tiap bulan. Kenapa harus nuntut tambahan bayaran? Padahal dengan posisi yang sama dengan anak baru, kontribusi yang sekarang saya berikan mungkin sama dengan mereka, bahkan kalo ditambah faktor ini itu bisa jadi kontribusi saya lebih rendah.

“Kecuali kalo selama bertahun-tahun kemaren itu kamu ndak dibayar, kamu boleh nuntut tambahan bayaran karena kontribusimu yang banyak buat pabrik memang belum ada itungannya.” Ujar Kang Noyo.

Asyem!

“jadi masa kerja kita ndak boleh dijadikan pertimbangan gitu Kang?” Tanya saya, rada anyel.

Sambil nyeruput kopinya Kang Noyo njawab, “Bukannya ndak boleh Le, bagaimanapun akan terasa lebih arif kalo pabrik menghargai loyalitas buruhnya. Tapi ada yang lebih penting untuk diperhatikan misalnya kamu memang pengen dapet tambahan bayaran.”

Apa itu?

Prestasi! Mungkin bisa diibaratkan kalo kontribusi adalah ibadah wajib maka prestasi adalah ibadah sunah.

Sesuatu yang bersifat wajib memang ndak seharusnya dinegosiasikan, wong hal yang diwajibkan kok dipake buat nawar. Sedangkan yang sunah sifatnya cuma tambahan, kalo sampeyan bisa melakukan sesuatu yang sifatnya tambahan pada pekerjaan barulah wajar sampeyan nuntut bayaran tambahan.

Kang Noyo mesam-mesem ngliat saya yang ndak mampu mbantah lagi. Dengan rada anyel saya nyeruput kopi, ngambil rokok, dan buru-buru pamitan. Wis ndak peduli Kang Noyo teriak-teriak kopinya belum dibayar. Mosok sudah rokoknya minta saya, kopi masih saya juga yang harus mbayari?

Jiyan!

13 comments on “Bayaran, Kontribusi dan Prestasi

  1. bahpro berkata:

    ilustrasi simple tapi mengena! salam kenal.

    #stein:
    salam kenal juga šŸ˜€

  2. Dewa Bantal berkata:

    Sama, ditepat kerjaku juga memang ada kenaikan gaji per tahun, tapi itu juga ditentukan berdasarkan prestasi. Kalau mempertahankan kelakuan baik, naiknya bisa 3%. Kalau tidak ya, turun, sampe 1.5%.

    Itu kenaikan wajib. Kalau prestasi, your rate may vary, dan sebuah perusahaan harus cermat mengamati hal itu.

    Kamu minta promosi aja šŸ™‚

    #stein:
    hahaha, ndak level mas. buruh ya buruh saja šŸ˜†

  3. mawi wijna berkata:

    Nambah umur itu bukan prestasi yah? Tapi menurut saya, kalau kerja adalah pengabdian, kita harusnya bisa ikhlas menerima apa yang diberikan pada kita sebagai balas jasa…

    #stein:
    bijak sekali sampeyan ini, semoga tetep bertahan sampe nanti šŸ™‚

  4. Beranda Jiwa berkata:

    wakh memang sekarang pajak lagi diberitakan dimana mana nih

  5. novee berkata:

    berarti loyalitas dengan kinerja yang sama dengan sewaktu kita masuk pertama kali itu nggak termasuk bagian dari prestasi ya?

    mohon pencerahannya….
    *garukĀ²dagu sambil manggutĀ²

    #stein:
    itu konsisten mbak, harusnya prestasi juga kayaknya šŸ™„

  6. hahahaha…

    kalo saya mencoba sok tahu dikit, kayaknya ini balada pegawai golongan yg lebih rendah… heheheh

    Sabar Bro..
    Semua manusia sudah punya bagiannya masing-masing untuk disyukuri.. disyukuri dengan berusaha lebih keras lagi, berusaha lebih keras lagi dengan melakukannya dengan benar, melakukannya dengan benar sesuai UU dan peraturan terkait… jangan berusaha keras ala Gayus… hehehehe

    Salam…

    #stein:
    saya santai saja kok mas, hidup sewajarnya, ndak ngoyo

  7. prasetyandaru berkata:

    kalok di tempat saya nguli, ada tunjangan prestasi paklek,masuk kerja 3 bulan full tanpa ijin apapun ndapet tunjangan prestasi sebesar 3000 rupiah..akih to?!!

    #stein:
    jiyan! diobong wae sing menehi kuwi mbak

  8. Asop berkata:

    Hmmm… perdebatan yang bisa dipahami… šŸ™‚

    #stein:
    bukan perdebatan mas, cuma obrolan warung kopi šŸ˜†

  9. Mas Adien berkata:

    inget dulu dimasa masih di sekolah yang ndak mbayar itu..penilaian depe tiga pada kolom prestasi kerja ya dari besarnya indeks prestasi kumulatip alias IPK…jadi ketahuan sapa yang IPK-nya duwa koma sama yg tiga koma…sik nyambung ndak to komeng sayah ini???

    #stein:
    iyo iyo, sing sekolah isih dibayari. manteb! šŸ˜†

  10. hitamputih berkata:

    kayaknya setiap prsh/pabrik ada aturan sendiri…kalo ditempatku ada insentif tiap 6bln,dan faktor lamanya bekerja sangat berpengaruh terhadap besarnya insentif

  11. sendja berkata:

    kl aku, ga terlalu masalah soal senior junior…sing sok marai ngenes ki, pas liat buruh lain kerjaane ben dino ongkang2, nongkrongi mbok darmi..tapi gajine podo wae atau kadang2 malah lebih gede. ..ra nganggo diseneni sisan šŸ˜€

  12. sony berkata:

    Manstaaab…..penuh inspiratif…tetap semangat mas bro….

  13. maulidainz berkata:

    mewakili suara hati (saya) šŸ˜€

Tinggalkan komentar