Menjadi Sesuatu

Hujan yang beberapa hari ini makin menggila telah membuat saya makin betah nongkrong di warung Mbok Darmi. Melawan dingin hujan ditemani segelas kopi panas, dipadu dengan klepas-klepus asap rokok dan ditemani gorengan anget benar-benar membuat nuansa di warung ndeso ini semakin melenakan. Dengan sedikit catatan tentunya, kehadiran Kang Noyo yang termasuk kategori perokok berat (baca: memberatkan teman) kadang sedikit meresahkan, apalagi menjelang tanggal tua macem sekarang.

“Le, bagi rokoknya ya, punyaku ketinggalan.”

Lha tenan tho? Saya mengangguk kecut sambil mencoba mengingat-ingat kapan terakhir kali teman saya di pabrik ini membawa rokok sendiri, suatu hal yang sia-sia sebenarnya. Lha wong dia memang buruh cap duren tiga, maksudnya kemana-mana cuma bawa korek yang gambarnya tiga duren, rokoknya minta.

“Kamu ndak pengen eksis juga Le?” Tanya Kang Noyo tiba-tiba.

Kesambet setan dari mana mendadak Kang Noyo ngomong eksis? Saya agak ragu-ragu, jangan-jangan yang dimaksud Kang Noyo ini eksis yang band lawas dari Malaysia.

“Mosok kamu ndak baca berita? Itu lho yang katanya ada sosialita mbikin acara sumbangan sampe disiarin di tipi tapi ternyata cuma bohong-bohongan. Itu maksudnya biar eksis tho?”

Oalah, ini lagi ngomongin Mbak Fifi?

Fifi Buntaran

Saya jadi ingat obrolan sama istri tadi pagi sebelum berangkat mburuh. Istri saya nanya, “Si Fifi itu kerjanya apa tho?”

Saya bilang dia model, paling ndak saya pernah liat dia tampil di Majalah Popular. Ndak dinyana, istri saya komentar begini, “Kalo yang kayak gitu sih bukan sosialita! Sosialita itu yang sugih dari sananya, sosialita kok jadi model Popular, itu sih cuma cewek yang berani malu!”

Entah si Fifi Buntaran ini sosialita atau bukan, social climber atau bukan, tapi melihat tulisan Mbak Silly tentang charity settingan bener-bener membuat saya ndak habis pikir. Apa mereka-mereka ini se-desperate itu dalam perjuangan meraih ketenaran sampai-sampai anak yang dalam kondisi sekarat pun dimanfaatkan.

Lebih gemes lagi saat membaca timeline Pandji, bahwa shooting yang melibatkan Silly dan Nando dilakukan karena mereka butuh stockshoot, sesederhana itu.

“Sesederhana itu??” Saya menggumam bercampur sedikit misuh-misuh.

“Memang sederhana tho Le? Mereka butuh bahan, jadi mereka nyari bahan, sesederhana itu.” Ujar Kang Noyo kalem.

“Yang membuat ndak lagi sederhana adalah pada saat mereka kehilangan empati karena menyederhanakan orang lain untuk menyelesaikan persoalan sederhana mereka.” Kang Noyo meneruskan dalam kalimat yang semakin mbulet.

“Mbok yang jelas ngomongnya Kang, bilang saja mereka menyepelekan orang lain!” Cetus saya.

“Jangan emosi Le, kelakuan numpang tenar saat ada yang bisa ditumpangi kan bukan cuma sekali ini.” Kata Kang Noyo.

Konon memang ada istilah free rider alias penumpang gelap, orang yang mendompleng sebuah peristiwa agar namanya juga semakin populer. Mungkin salah satu contoh yang paling edan-edanan adalah tragedi Situ Gintung yang sukses menyedot perhatian para artis dan politisi. Sulit dibedakan antara niat sekedar membantu atau membantu dengan embel-embel niatan tertentu, tapi yang jelas kehebohan yang mereka timbulkan sempat dikeluhkan Tim SAR. Sesuatu yang akhirnya membuat ketulusan para penyumbang ini jadi dipertanyakan.

“Tapi paling ndak yang di Situ Gintung itu beneran nyumbang, dan mereka ndak sibuk membela diri saat dituduh nyari popularitas.” Ujar saya.

Monggo dibaca berita di Tempo, saat pengacara si mbak bilang, “Kesalahan bukan pada Fifi. Saat ini Fifie dan Silly tengah berada di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo, Jakarta Pusat, untuk menengok Nando.”

Bandingkan dengan twit dari Silly di bawah ini :

“Sudah tho Le, ujan-ujan kok ngrasani orang, ndak ilok.” Kata Kang Noyo.

“Dan lagi sebenarnya ada satu orang yang paling bertanggung jawab atas semua masalah ini.”

“Siapa Kang?” Tanya saya.

“Sudah pasti, Syahrini.”

Apa hubungannya sama Syahrini?

“Lho iya tho? Gara-gara dia bilang alhamdulillah ya semua orang trus kepengen jadi sesuatu.”

Ealah.

Jiyan!

14 comments on “Menjadi Sesuatu

  1. mamaray berkata:

    yang di Majalah Popular itu bukan berani malu, Mas, melainkan ndak punya malu, hihihi…

  2. budiono berkata:

    asem kecut, aku yo muangkel kok kang noyo karo wong sing ndak jelas itu, ngadaken acara amal, lah jebule mung apus-apus.. diamput! :d

  3. mandor berkata:

    tapi kan maksud hati masing-masing orang tidak ada yang tahu mas. Apakah memang benar-benar ingin menyumbang atau sebagai “pengendara” kepopuleran. Jadi sangat sulit untuk menghakimi siapa yang salah.

  4. hajarabis berkata:

    hanya ingin mengikuti postingan agan .
    postingan yang menarik
    nice gan .

    sempatkan mampir ke website kami
    http://www.hajarabis.com

  5. hajarabis berkata:

    postingan yang menarik
    nice gan .

    sempatkan mampir ke website kami
    http://www.hajarabis.com

  6. baju wanita berkata:

    haiii…salam persahabatan slalu…sukses…

  7. itu mah malumaluin mas bukan ga tau malu

  8. wisata indonesia berkata:

    he he he, syahrini lagi laku keras. bener-bener sesuatu….

  9. santi berkata:

    artikel yang menarik,,,

  10. nDaru berkata:

    sing gawe tipi oon to? nggone dagumen…pancen tipi peniru…yen aku duwe otoritas, kuwi tak tutup ijin siarane…wes nggarai anyel, gawe berita palsu meneh…tiru2 ATT gawe lagu alamat palsu

  11. Printing Machine berkata:

    oalah mas endingnya ini loh yang buat aku ketawa ngakak.
    aku kira juga apa hubungan dengan syahrini,,gk taunya,hadooh.
    Alhamdulih deh artikelnya sesuatu,hahahha

Tinggalkan komentar