Kita Mau Kemana tho Pak?

Suatu siang di seberang alun-alun Kota Malang, sebuah taksi menepi, seorang bapak setengah baya melangkah masuk, “Jalan pak, ke arah Blimbing.”

Sopir taksi agak bingung tapi nurut saja, taksi bergerak ke arah Blimbing. Menjelang lampu merah pertigaan Blimbing si bapak penumpang memberi instruksi lagi, “Pertigaan lurus saja pak.”

Lampu hijau, taksi bergerak perlahan. Setelah lewat BCA instruksi diberikan lagi, “Gang depan belok kiri ya pak.”

Lampu sein menyala, taksi berbelok menyusuri Jalan Piranha Atas. Si bapak ngomong lagi, “Itu sebelum SD belok kiri pak.”

Sopir taksi mulai mumet, tapi masih ndak ngomong apa-apa. Beberapa instruksi lagi diberikan sampai akhirnya si bapak meminta taksi menepi, di dekat gerobak Es Doger Borobudur. Penumpang turun sambil ngomong, “Es di sini enak lho pak, kalo saya lagi berkunjung ke Malang pasti ndak lupa beli es di sini.”

Sopir taksi membalas, “Lain kali sampeyan cukup bilang mau ke Borobudur Pak, biar ndak muter-muter. Saya juga tau jalan kok…”

********************

Sebagai buruh saya kadang mendapat perintah sepotong-potong, saat semua selesai saya mbatin, “Kalo saja boss ngasih tau tujuannya dari awal mungkin saya bisa membantu menentukan langkah apa yang harus saya lakukan.”

9 comments on “Kita Mau Kemana tho Pak?

  1. Wempi berkata:

    Tujuan… buat nentuin langkah-langkah untuk mencapai tujuan.

    terbalik… terkadang sipenumpang taksi nunjukin langkah-langkah untuk mencapai tujuan, padahal si supir tahu langkah yang lebih efisien dan efektif jika sipenumpang menyampaikan tujuan yang ingin dicapai dari awal.

    tapi… apa semua supir taksi di “sini” selalu memberikan langkah-langkah yang efisien dan efektif tsb. bisa saja supir mencari jalan terjauh biar argometer bengkak kejar setoran.

  2. marshmallow berkata:

    hahaha… analoginya keren juga, mas. memang bener sih, bila teman seperjalanan (atau seperjuangan) mengerti tujuan yang ingin dicapai, pastilah bisa bantu urun saran untuk mencapai tujuan dengan lebih baik.

    tapi ada yang aneh nih, mastein. awalnya pak supir taksi dipanggil “pak”, tapi kenapa kemudian jadi “mas”? *nggak penting dibahas*

  3. carra berkata:

    hahahahahaha…

    ilustrasi yang pas banget…

    tapi untung si boss saya selalu ngasih saya instruksi secara global saja dan lalu membiarkan saya berpikir :mrgreen: thats why i love him… well sometimes … hahahaha

  4. Vicky Laurentina berkata:

    Hehehe..untung supir taksinya nggak ngomong gini, “Jauh-jauh cuma buat minum es tho? Es yang di Jalan Songgoriti jauh lebih enak, Mas..”

  5. adipati kademangan berkata:

    hahaha lhah katene nang jalan borobudur ae kathik muter liwat piranha, SMP 11, perumahan paus, liwat borobudur trus minggir nang es Doger.
    Seharusnya pemimpin itu hanya memberikan perintah saja, Bukan mendiktekan apa yang harus dilakukan. Terkadang pelaksana lapangan lebih tahu pekerjaannya dan lebih efisien daripada pemimpinnya.

  6. sons berkata:

    bnyk jalan menuju roma..hitam rambut tak sama isinya…lha klo bpk-e mau nya muter muetr yo g masalah..orng dia yg bayar…he..he.piss..pimpinan yo podo…

  7. luvaholic9itz berkata:

    muter muter sampe mbuletttt
    bikin yang inferior jadi mumet
    apa bole buat ndak bisa ngumpet
    mau ndumel ndumel ntar kesambet

    mbulet mbulet mbulet

  8. tito berkata:

    yes, itu benar. malah kadang meskipun tujuan nya tahu dan dalam tujuan kebaikan masih saja dianggap susah. aneh kan !

Tinggalkan komentar