Rumahku Katanya sih Surgaku

Kata cukup itu relatif, kalau kurang itu keniscayaan

Sebaris kata yang ada di tulisan berjudul Magang dan Nyimeng itu cukup menggelitik. Curhatan seorang pegawai magang yang harus menjalani hidup di Jakarta dengan segala macem tuntutan hedonnya. Mengingatkan saya pada curhatan seorang jenderal yang dengan blak-blakan ngomong kalo gajinya ndak cukup untuk nutup kebutuhannya. Monggo yang mau protes, tapi dalam konteks batas bawah saya cenderung setuju, ada standard minimal penghasilan supaya orang bisa hidup layak.

Penutup pada tulisan itu juga ndak kalah menggelitik,

Maka, jadilah Saya pemulung di tempat sampah.

Hidup memang pilihan, tapi saat ini, sebagai maganger, Saya tidak punya banyak pilihan.

Nyimeng berjamaah.

Blog ini beralamat di http://zedeen.wordpress.com, konon katanya berisi tentang perjalanan hidup lelaki kecil dan bahteranya. Blognya masih anget, baru dibikin Oktober 2012, tapi tulisan-tulisannya lumayan nyamleng, berisi tapi ndak berat, kalo dalam bahasa saya blog ini sangat “membumi”.

Postingan pertama di blog ini bercerita tentang pernikahan si empunya blog, yang menikah muda, tepatnya pada umur 22 tahun kurang empat bulan, dalam kondisi sebagai pengangguran pula. Dilanjut dengan tulisan soal SWOT alias Strength, Weakness, Opportunities, dan Thread sebagai pasangan muda yang sama-sama ndak punya pekerjaan. Ringan-ringan saja, nyaris seperti buku harian. Saya melihat tiga tulisan pertama masih kurang menggigit, walaupun kalo dibandingkan dengan tulisan-tulisan awal blog saya ya jauh, maksudnya tulisan saya jauh lebih ndak mutu.

Menginjak tulisan keempat barulah kelihatan kalo yang punya blog ini memang mbakat ndobos, tulisan berjudul Pseudo Hope disusun dengan kalimat-kalimat yang ditata cermat dan pilihan kata tepat. Cerita di masa lampau berhasil dibawakan dengan emosi yang masih menyertainya, saya harus angkat jempol untuk yang semacam ini, sulit untuk mempertahankan emosi dalam tulisan yang sudah lewat masanya.

Tulisan berikutnya yang berjudul Ngaplo pun sukses membuat saya ngakak. Begitu blak-blakan, dengan pilihan kata yang ndak neko-neko, lagi-lagi dengan emosi yang masih erat menempel.

Gaya bahasa yang dipakai di blog ini mungkin mengingatkan sampeyan pada kumpulan sketsa Mangan Ora Mangan Kumpul-nya Umar Kayam. Wajar saja, karena penulis blog ini adalah salah seorang penggemar Umar Kayam, sama seperti saya, bedanya adalah dia lebih berhasil menyerap ilmunya Pak Umar Kayam dibanding saya.

Monggo yang mau mampir, silakan datang ke http://zedeen.wordpress.com.