Pidato di Awang-awang

“Semalem nonton pidatonya SBY ndak?” Tanya Kang Noyo waktu ngopi tadi pagi di pabrik.

“Ndak, saya ada rapat RT tadi malem, selesai rapat trus diajak istri nyoba tempat minum kopi yang baru buka di deket jalan Sukarno Hatta, mbawa si precil juga.” Jawab saya.

“Heh? Anakmu mbok ajak ke tempat nongkrong kayak gitu?” Kang Noyo terheran-heran.

“Ndak papa wong cuma kedai kopi, lha mau tak tinggal nangis je.” Saya beralasan. “Ngomong-ngomong ada apa sampeyan nanya-nanya pidatonya SBY?”

Sambil nyeruput kopi Kang Noyo mulai ndobos, “Kamu tau apa yang paling nggemesin di tempat kita selama dua minggu terakhir ini? PLN yang byar pet sehari bisa sampe lima kali sama SBY yang nanak nunuk kayak orang ndak punya sikap. PLN sudah berapa hari ini ndak gitu nggemesin, ndak byar pet lagi, dan SBY juga sebenernya punya kesempatan untuk membuang predikat nggemesinnya itu tadi malem. Tapi ya itu, kalo kata anak sekarang pidatonya itu ndak nendang blas. Dataaaaarr pol!”

Jeda sejenak untuk mengambil nafas, “Ada yang bilang sikap presiden yang ndak tegas kayak gitu bakal memicu gerakan people power, sampai ada yang bilang pemerintahan SBY ini paling cuma mampu bertahan selama setahun!”

Saya cuma mesam mesem saja, “Kang Noyo, sampeyan sekarang tambah keren kalo ngomong, campur boso linggis segala.”

“Lho, jangan mesam mesem kamu. Ini sudah jelas presiden yang dipilih langsung sama rakyat ndak mampu melaksanakan aspirasi pemberi mandatnya. Kasus Bibit-Candra sudah meresap sampe ke kalangan bawah lho, ndak cuma kaum elit saja. Orang yang ndak mampu melaksanakan mandat ya dicabut saja mandatnya. Opo susahnya seorang presiden bilang, hei Jaksa Agung sama Kapolri, hentikan kasus ini, awas kalo ndak!” Lanjut Kang Noyo.

“Belum lagi kasus Bank Century, ngomong kok ndak jelas kasusnya mau dibawa kemana. Kalo memang ngajak buka-bukaan demi kebaikan suruhlah itu temen-temen demokratnya di DPR untuk ikut teken usulan hak angket.”

Uediyan! Tumben Kang Noyo semangat banget ngomongnya, saya patut menduga semalem ada hasrat ndak tersalur yang berujung pada ledakan pagi ini.

Akhirnya saya ikut urun ndobos, “Kemaren sore saya sempet liat wawancaranya si Anas Urbaningrum di MetroTV, dia bilang fraksi demokrat bakal ikut neken hak angketnya juga kok Kang.”

“Sampeyan ini kayak ndak ngerti orang Jawa. Ngomongnya SBY memang agak muter-muter tapi isyaratnya jelas. SBY bilang bahwa untuk tau kebenaran kasus ini adalah lewat pengadilan, tapi harus ditimbang juga rasa keadilan dan sosial kemasyarakatan di luar pengadilan. Setelah semua itu dipaparkan, SBY mempersilakan kejaksaan dan kepolisian untuk menggunakan wewenangnya. Dalam bahasa lugasnya mungkin begini, hei jaksa dan polisi, gunakan wewenangmu untuk membuat kasus ini ndak sampe di pengadilan.”

“Kalo memang ada bahasa lugasnya, kenapa SBY ngomongnya harus muter-muter?” Protes Kang Noyo.

“Ya ndak tau Kang, tiap orang punya gaya sendiri. Mungkin beliau ndak mau ini jadi preseden buruk, eksekutif ikut cawe-cawe kerjaannya yudikatif. Atau bisa jadi beliau menerapkan falsafah Jawa menang tanpa ngasorake. Mbuh lah, nanti saya malah jadi kemeruh kalo kebanyakan ngomong beginian.” Kata saya.

Dahi Kang Noyo mengerut, “Lho, katanya semalem kamu ndak nonton? Kok bisa komentar banyak?”

Saya mesam-mesem, “Kan ada transkripnya Kang, saya sempet baca. Wis kerja dulu sekarang, kalo kebanyakan ndobos nanti diomelin sama pak mandor.”

Obrolan di awang-awang selalu menjadi jeda yang menyenangkan untuk buruh pabrik macem saya. Membicarakan hal yang di luar jangkauan membuat logika bebas dari kekangan, hipotesa terngawur pun ndak diharamkan, tapi setelahnya kami harus kembali pada kenyataan.

9 comments on “Pidato di Awang-awang

  1. JR berkata:

    ternyata sama saya juga merasakan hal yang sama, masih ngambang penyelesaian nya nih

  2. Chic berkata:

    inget trending topic tadi malam… cuih! 😆

  3. linaling berkata:

    wah, ndak nonton saya.

  4. Mawi Wijna berkata:

    Saya menduga Pak SBY mau main aman, ndak condong ke satu pihak. Tapi timbangan keadilan kadang kala harus condong sebelah.

  5. Vicky berkata:

    Saya juga ndak jelas, Mas. Ta’ kirain cuma saya thok yang bengong ndak ngerti semalam. Sampai-sampai saya bertanya-tanya apakah kemampuan saya membuat kesimpulan menurun akibat premis-premis yang nggak jelas..

  6. iskandaria berkata:

    Bahasa kerennya, terlalu normatif dan kurang menyentuh konteks persoalan kali ya mas. Pidato kayak gitu sepertinya memang mencerminkan kekurangtegasan atau kehati-hatian.

  7. detx berkata:

    ndak mbaca, ndak suka templatenya! xixixix…

  8. GeLZa berkata:

    saya ga pernah ngikutin….

  9. dir88gun berkata:

    Assalamu alaykum Warahmatullahi Wabarakatuh.

    Wahai Saudaraku sekalian di seluruh penjuru Dunia maya,

    Akhir-akhir ini, banyak orang dari berbagai penjuru dunia sedang memperingati Hari Anti Korupsi Internasional.
    Hari peringatan yang bertepatan dengan maraknya pembahasan tentang kasus penggelapan dana Bank Century di negeri kita.
    Dan juga termasuk salah satu hari yang memuakkan bagi saya.
    Hari yang memuakkan, dimana kita memperingati suatu perbuatan yang sangat memalukan, KORUPSI!
    Kenapa juga kita harus memperingati jasa-jasa para koruptor yang telah membantu penghancuran kehidupan umat? He he he…

    Untuk selengkapnya, baca di:

    http://dir88gun0w.blogspot.com/2009/12/corruption-day.html

    _____________________________________
    INDONESIA GO KHILAFAH 2010
    “Begin the Revolution with Basmallah”

Tinggalkan komentar