Penyakit Itu Bernama Politisasi

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, politisasi adalah hal membuat keadaan (perbuatan, gagasan, dan sebagainya) bersifat politis. Politis sendiri artinya bersifat politik atau bersangkutan dengan politik. Sedangkan politik adalah segala urusan dan tindakan mengenai pemerintahan negara.

“Kamu itu mau ngopi apa mau belajar Bahasa Indonesia?” Tanya Kang Noyo menghentikan ocehan saya tentang definisi politik.

“Sampeyan itu lho Kang, sekarang ini lagi musim penyakit bernama politisasi, paling ndak walaupun kita ini cuma buruh pabrik harus tau apa itu artinya politisasi, biar ndak keliatan kalah pinter.” Kata saya.

Konon sebagian anggota Pansus Century merasa gerah karena dituding beberapa pihak telah mempolitisasi kasus tersebut. Kalo benar telah terjadi politisasi berarti niatnya sudah ndak tulus lagi, hanya sekedar alat untuk melakukan tawar menawar posisi. Bukan menyingkap kebenaran yang menjadi tujuan, tapi sekedar mengungkap kelemahan lawan sebagai amunisi pribadi.

“Memang bener ada politisasi tho Le?” Tanya Kang Noyo.

“Yo mbuh Kang, yang jelas ada anggota dewan yang menolak anggapan itu, mereka kerja murni untuk mengungkap fakta.” Jawab saya.

Kasus Century memang ndak bisa dipisahkan dari sosok Sri Mulyani dan Aburizal Bakrie, dua orang yang pernah sama-sama berpengaruh di pemerintahan SBY. Konflik lama antara mereka berdua yang sempat membuat Sri Mulyani mengancam untuk mengundurkan diri beserta semua jajaran eselon satu-nya lah yang membuat banyak pihak menuding ada politisasi.

Di tengah bergulirnya kasus century muncullah Muhammad Tjiptardjo, Dirjen Pajak, dengan membawa kasus pidana pajak yang dilakukan oleh tiga perusahaan dari grup Bakrie.

Sekarang gantian, pihak-pihak yang menolak telah terjadi politisasi kasus Century ganti menuding ada politisasi kasus pajak. Pernyataan Melchias Markus Mekeng dari Golkar mungkin bisa jadi contoh, “Ini sangat penting, jangan sampe persoalan pajak menjadi alat kepentingan politik sesaat demi mencari muka kepada pimpinan, namun bisa merusak tatanan kelembagaan serta etika sebagai pejabat publik.”

Kang Noyo mesem, “Wajar Le, orang cenderung mengukur orang lain dengan sifat dan tindakannya sendiri. Orang lugu gampang ketipu karena berpikir semua orang sama tulusnya dengan dia, sedangkan orang licik akan selalu was-was karena berpikir semua orang sama bejatnya seperti dia.”

“Jadi wajar kalo ada anggota dewan curiga ada pihak-pihak yang mempolitisasi suatu kasus, karena dia sendiri sudah bisa mempolitisasi kasus lainnya,” Kata Kang Noyo ngakak.

Halah!

Dalam pemahaman saya sebagai orang awam, yang bisa mempolitisasi ya politisi, wong itu ladangnya mereka. Tapi mungkin pemahaman saya ini salah, buktinya anggota dewan menuding ada politisasi kasus pajak, yang notabene hasil pemeriksaan, penyelidikan, dan penyidikan sekian lama oleh Ditjen Pajak. Berarti orang pajek juga bisa mempolitisasi.

Lebih rame lagi waktu Polri menyatakan siap membantu Penyidik Pegawai Negeri Sipil Ditjen Pajak untuk menangani kasus pidana perpajakan. Kebetulan Pak Tjip selaku Dirjen Pajak saat memberi pembekalan pada Rapim Polri memang meminta bantuan polisi untuk melakukan operasi bersama, dan Bareskrim juga telah mengirim sembilan penyidik untuk membantu penyidikan yang dilakukan Ditjen Pajak.

Nasir Djamil, anggota DPR dari PKS mengatakan, “Indikasi politis sangat jelas terlihat. Seharusnya polisi menahan diri.”

Belum cukup hanya dengan pernyataan, beliau mengatakan komisi III akan memanggil Kabareskrim Ito Sumardi ke DPR, “Kami ingin mendapat penjelasan langsung. Apakah ini murni kesadaran polisi atau justru ada motivasi politis yang lain.”

Ada lagi pernyataan Agun Gunanjar Sudarsa dari Golkar yang juga meragukan langkah polisi yang mau mengusut kasus pajak, “Yang jelas, Golkar tidak bisa ditekan dengan kasus lama, apalagi kasus pajak.”

Mumet saya! Sepertinya memang ndak nyambung jalan pikiran sederhana seorang buruh pabrik macem saya dengan otak cerdas penuh kecurigaan kearifan anggota dewan yang terhormat.

Seharusnya ini bukan politisasi, tapi polisisasi. Jiyan!

6 comments on “Penyakit Itu Bernama Politisasi

  1. mawi wijna berkata:

    semua rame-rame berebut kekuasaan, beh!

  2. sauskecap berkata:

    saya suka sama “Orang lugu gampang ketipu karena berpikir semua orang sama tulusnya dengan dia, sedangkan orang licik akan selalu was-was karena berpikir semua orang sama bejatnya seperti dia.”

    menggelitik…

  3. big sugeng berkata:

    Ya walaupun begitu saya masih percaya dengan partai/politisi pilihan saya

  4. oglek berkata:

    malah mumet saya baca tulisan ini

  5. goendal berkata:

    manteps awal nya… tp setelah masuk ke pertengahan pusing baca nya… wkwkwkwk

    thanks sob…

    #stein:
    baca blog saja kok pusing, tinggal saja :mrgreen:

  6. ansyor berkata:

    mksh ats tulisan ttg politisasi…sya sdg mecari tahu apa dan bagaimana politisasi itu…

Tinggalkan komentar