Pelajaran Dari The Devil

Ada seorang perempuan muda, asisten yang menelepon semua maskapai penerbangan karena bossnya butuh terbang hari itu, sementara cuaca sedang badai. Sang asisten tidak berhasil menemukan penerbangan untuk bossnya walaupun dia telah mengabaikan pertemuan dengan ayahnya. Tidak ada apresiasi apapun dari si boss kecuali kata-kata, “Kamu mengecewakan!”

Yang pernah nonton pasti tau, saya sedang menceritakan salah satu bagian dari pilem The Devil Wears Prada. Bukan karena ada Anne Hathaway yang cantik dan sekseh maka saya bilang pilem ini bagus (walaupun ndak bisa disangkal bahwa kehadirannya memang mbikin saya makin betah nonton), tapi karena di situ ada beberapa pelajaran yang bisa saya ambil.

Hal pertama yang menarik adalah saat Andrea, karakter utama pilem ini bercerita soal boss yang menurutnya ndak menghargai semua kerja kerasnya, padahal dia sudah melakukan semua yang dia bisa. Komentar yang dia dapat adalah, “Boss hanya menjalankan tugasnya, kamu yang tidak melakukan pekerjaan dengan sebaik-baiknya.” Saya baru tau kalo melakukan semua yang saya bisa tidak sama dengan melakukan sebaik-baiknya, dan juga baru tau kalo tugas boss adalah melihat hasil tanpa peduli usaha untuk mendapatkannya.

Yang kedua saat si boss menyuruh Andrea mencari naskah Harry Potter yang belum terbit. Dengan berbagai macam usaha akhirnya dia mendapatkan naskah itu, dan dengan inisiatif sendiri dia mengkopi naskah itu dua buah, menjilidnya, serta mengirimkannya pada anak si boss. Tiga langkah lebih maju dari yang diperintahkan sehingga si boss agak ternganga dan ndak bisa ngomong apa-apa lagi. Mungkin inilah yang disebut melakukan pekerjaan dengan sebaik-baiknya, melakukan lebih baik daripada yang diperintahkan.

Saat karir mulai bersinar, semua pekerjaan dilakukan dengan “sebaik-baiknya”, mulailah segala hal yang di luar pekerjaan manjadi prioritas nomer sekian. Saat Andrea cerita bahwa kehidupan pribadinya sedang terganggu, tanggapan yang diperolehnya adalah, “Selamat datang! Saat kehidupan pribadimu hancur katakan padaku, itu saatnya kamu promosi.” Sinis, tapi ada benarnya.

Hal menarik keempat adalah saat Andrea bertengkar dengan pacarnya karena merasa sering diabaikan. Andrea bilang pacarnya tidak mau mengerti pekerjaannya, sedangkan sang pacar mengatakan bahwa dulupun Andrea tidak mengerti dan tidak mau peduli dengan dunia fashion yang sekarang digelutinya. Andrea yang dulu tidak peduli fashion sekarang membelanya. Ada pertanyaan yang timbul dalam benak saya, “Apa yang berubah? Apakah karena Andrea sekarang mengerti cara pandang orang fashion? Ataukah Andrea telah menjadi orang fashion?”

Apabila sampeyan bermasalah dengan perubahan yang membuat jarak dengan orang-orang dekat, mungkin pertanyaan yang sama bisa sampeyan ajukan pada diri sendiri. Apakah cara pandang sampeyan bertambah, atau berubah?

Hal terakhir yang saya peroleh dari pilem tersebut adalah tentang Andrea yang terus-menerus beralasan kenapa dia menomorsatukan pekerjaannya, “I have no choice!”

Dalam suatu dialog boss Andrea mengatakan bahwa semua orang menginginkan kehidupan yang sekarang dia nikmati, kekayaan, kehormatan, dan segala hal yang telah dia raih. Si boss bilang Andrea telah memilih untuk maju dengan segala konsekuensinya. Satu fakta yang membantah alasannya menomorsatukan pekerjaan, ternyata dia masih punya pilihan.

11 comments on “Pelajaran Dari The Devil

  1. mbelGedez™ berkata:

    .
    Woooogh….
    Ternyata yang nonton juga memiliki sudut pandang yang berbeda. Kalo sayah liat, Andrea memang melakukan kekeliruan dalem bekerja sehingga ndak menyelesaikan kerjaan secara menyeluruh. Ituh bila mengingat kerjaannya yang memang wajib “memuaskan” perintah si boss….

    **komen dari seorang boss**

  2. mbelGedez™ berkata:

    Lho…

    Tiwas komen lagi, ndak taunya komen yg pertama bisa muncul.
    Aneh sangad…

    Dihapus dong…

  3. Mawi Wijna berkata:

    yen aku, alon-alon asal kelakon mas

  4. oglek berkata:

    semua orang punya pilihan, termasuk pilihan mengabdi kepada boss dengan sepenuh hati dan jiwa, seperti saya 😦

  5. Chic berkata:

    woooogh mas stein nonton film chicklit! 😆

  6. marshmallow berkata:

    sementara dalam “spiderman”, uncle ben selalu bilang: you always have a choice.

    bener, mas. selamanya hidup itu adalah sebuah pilihan. dan selamanya setiap pilihan memiliki konsekuensi.

    *ketauan nih yang libur tahun barunya mantengin tipi juga*

  7. katakatalina berkata:

    saya narik napas lega pas andrea kasih novel harry potter itu, satu untuk bosnya. bener, harus ada improvisasi cerdas dalam mengartikan perintah bos. saya juga narik napas lega ketika dia bersedia meninggalkan pekerjaan impian semua orang itu, tapi bukan impian dia yang sesungguhnya.

  8. Vicky Laurentina berkata:

    Review yang menyenangkan dari seorang Mas Stein. Yang mengesankan saya dari film itu waktu Anne Hathaway berusaha keras supaya Meryl Streep nggak dipecat. Bosnya udah sedemikian jahatnya, tapi Anne nggak dendam dan malah berusaha mengembalikan Meryl ke tempat terhormat. Dia menunjukkan kualitas pegawai yang loyal, dan kualitas manusia yang pemaaf.

  9. adipati kademangan berkata:

    aku juga nonton filem itu, hahaha keren banget. Aku juga berpikir apakah semua bos seperti pak Irv itu lebih seneng mempekerjakan seorang Miranda Priestly daripada orang yang lebih humanis. Ternyta Bos juga punya pandangan lain yang berbeda dari seorang bawahan

  10. sig_8 berkata:

    anne hathaway emang asoy…

  11. U constructed a handful of good tips with ur blog, “Pelajaran Dari The Devil mas stein”.
    I may be heading back to ur blog before long.
    Thanks -Kristopher

Tinggalkan komentar