Mengukur Ketidakpantasan

“Jiyan! Mungkin sekarang beneran sudah jaman edan yo Le, sing ora edan ora keduman.” Kata Kang Noyo tadi sore waktu ngopi bareng saya di warung Mbok Darmi.

Opo maneh iki? Kok tiba-tiba ngomong jaman edan, yang ndak edan ndak kebagian.

“Ada apa tho Kang?” Tanya saya.

“Soal Pilkada ini lho, Julia Perez katanya mau nyalon bupati Pacitan, Maria Eva bupati Sidoarjo, berikutnya siapa lagi?” Ujar Kang Noyo dengan nada sinis.

“Sampeyan kok nyinyir gitu tho Kang, lha mbok ben mereka mau nyalon wong negara demokrasi kok. Soal kepilih atau ndak kan tergantung rakyatnya.” Kata saya.

“Yo ndak bisa gitu tho Le. Sekarang ambil yang paling sederhana saja, kamu mau nglamar kerja, apa ya mungkin tanpa punya dasar kemampuan apa-apa kamu berani ngincer posisi tertentu? Ndak mungkin tho nanti kamu ditanya punya kemampuan apa trus kamu njawab saya memang ndak punya dasar kemampuan apa-apa tapi saya yakin saya mampu megang posisi itu.” Ujar Kang Noyo panjang lebar.

“Trus yang lucu lagi waktu Pak Menteri bilang mau mbikin aturan pezina dilarang jadi kepala daerah, si Jupe bilang kalo aturan itu sengaja dibuat untuk menjegal dirinya. Lho memangnya ada yang pernah bilang kalo Jupe pezina?” Lanjut Kang Noyo.

Welhadalah! Pertanyaan Kang Noyo berbau penggiringan opini publik bahwa si anu secara ndak langsung mengakui bahwa dirinya adalah seorang penganu. Bisa kena pasal pencemaran nama baik ini.

Saya baca-baca di media, Menteri Dalam Negeri Gamawan Fauzi mengatakan bahwa pemerintah sedang mematangkan draft revisi Undang-undang No 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, yang diantaranya mensyaratkan bakal calon kepala daerah selain harus memiliki pengalaman berorganisasi juga harus lolos dari saringan cacat moral. Calon harus ndak ada indikasi pernah berbuat mesum atau berselingkuh.

“Memang harus begitu, pemimpin yang baik harus bisa menjadi teladan. Lha kalo pemimpinnya saja rusak, gimana nanti anak buahnya?” Kata Kang Noyo.

Saya jadi penasaran, memangnya Undang-undang yang sudah ada bilang apa soal persyaratan calon kepala daerah. Di Pasal 58 Undang-undang No 32 Tahun 2004 menyebutkan persyaratan terkait moral antara lain: bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, tidak pernah dijatuhi pidana penjara berdasarkan putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap karena melakukan tindak pidana yang diancam dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun atau lebih, dan tidak pernah melakukan perbuatan tercela.

Manteb lho itu syaratnya, kalo saja beneran secara moral para pemimpin kita memenuhi tiga syarat tersebut saya yakin Komisi Pemberantasan Korupsi akan banyak nganggurnya. Tapi menurut saya dua di antara tiga syarat tersebut adalah syarat yang aneh.

“Aneh piye tho Le?” Tanya Kang Noyo.

“Yo aneh Kang.” Jawab saya.

Syarat seharusnya sesuatu yang terukur, apalagi ini untuk sebuah acara yang menyangkut hajat hidup orang banyak. Dari tiga syarat di atas hanya syarat tidak pernah dipidana yang jelas batasannya, sedangkan ketakwaan dan tidak pernah berbuat tercela agak susah ngukurnya.

“Sekarang saya tanya, apa sampeyan bisa bener-bener tau seseorang itu bertakwa opo ndak?” Tanya saya.

Teman saya ndak njawab, cuma klebas-klebus mainin asap rokok.

“Kalo misalnya kita ndak bisa tau seseorang bertakwa beneran atau ndak, trus gimana tanggung jawab panitia pilkada waktu meloloskan atau menolak seorang calon?” Lanjut saya.

Ndak jauh beda dengan syarat tidak pernah melakukan perbuatan tercela, ini juga susah ngukurnya. Di undang-undangnya sendiri ndak menyebut definisi tercela, sedangkan kalo saya liat di Kamus Besar Bahasa Indonesia, tercela artinya tidak pantas.

“Mumet tho Kang, tidak pantas itu make ukurannya siapa?” Tanya saya lagi.

Kang Noyo nyebul asap rokoknya, “Lha trus menurutmu piye Le?”

Mbuh, saya juga bingung, wong saya ini cuma buruh pabrik, ndak mampu kalo mikir yang mbulet-mbulet gitu.

“Opo dijabarkan wae yo Le, jadi dibikin batasan yang disebut takwa dan ndak, trus dibikin daftar perbuatan tercela, misalnya main judi, mabuk-mabukan, make narkoba, berzina, mencuri, menghasut, ndak sopan kepada orang tua, buang sampah sembarangan, menerobos lampu merah, menghardik anak yatim…”

Welhadalah! Lha trus nanti undang-undangnya mau dibikin berapa ratus halaman?

Jiyan!

16 comments on “Mengukur Ketidakpantasan

  1. Rindu berkata:

    melihat sepak terjang jeng Juve dan mbak Eva, rasanya betapa lucunya negeri ini yah 🙂

    #stein:
    komedi tragedi mbak 😆

  2. dewira berkata:

    Jika satu urusan diserahkan pada yang bukan ahlinya..maka tunggulah kehancurannya.

    #stein:
    sepakat mbak

  3. Abi Sabila berkata:

    yang mengherankan kok ada yang kepikiran nyalonin mereka ya, terutama yang dipasangkan, kok mau ya? niat jadi pemimpin beneran nda? Mbuh lah, tanda-tanda akhir jaman pancem makin banyak bermunculan, semoga kita termasuk golongan yang selamat dunia akhirat, amin.

    #stein:
    amien…

  4. prasetyandaru berkata:

    Jangan khawatir, baru Jupe dan Maria Eva to??…belon Demi Moore ato Pamela Anderson kan?

    #stein:
    sebenernya saya mau protes kenapa ndak ada yang nyalonin idola saya, NITA TALIA :LOL:

    • prasetyandaru berkata:

      Mungkin belionya mau nyalon gupernur paklek..ato malah mengincar posisi presiden..isu pemakzulan kan masih lmayan santer

      #stein:
      ya nanti saya coblos lah, nyoblos pelan-pelan…

  5. Vicky Laurentina berkata:

    Definisi tercela itu sangat sumir. Sekarang kalo saya lihat orang ngebul, saya bilang ngebul itu perbuatan tercela. Tapi orang tenang-tenang aja punya calon bupati yang tukang ngebul. Bagaimana toh?

    #stein:
    lha itu mbak, saya pikir syarat seperti itu perlu ditinjau ulang

  6. ulan berkata:

    aihh mas stein tulisan nya mantab terus

    #stein:
    tapi masih ndak semanteb tulisan sampeyan mbak, mohon pelajarannya

  7. wongiseng berkata:

    Jadi inget anekdot ada dua calon pemimpin, pemimpin A perokok berat, ketahuan punya 2 istri simpanan, dan sering minum minuman keras 8-10 gelas tiap hari. Pemimpin B tidak merokok, vegetarian, sangat setia terhadap istri, sangat jarang minum alkohol. Mana yang lebih pantas memimpin ?

    Yang milih B menganggap Hitler memang lebih pantas memimpin daripada Winston Churchill :))

    #stein:
    hahaha! lucu tenan ini mbah :mrgreen:

  8. Tetanggajenderal berkata:

    syah2 saja jupe dan maria eva nyalon bupati. Siapa tahu nanti kalau sudah jadi bupati video mesumnya bakal beredar lagi (tentu saja yang versi terbarunya)…ngarep.com

    #stein:
    saya nunggu yang jupe saja, maria eva bodinya ndak asik. *plak!*

  9. venus berkata:

    kemaren ada yg ngetwit soal ini. seandainya bung karno masih hidup dan mencalonkan diri jadi bupati, apakah beliau akan lolos? :p

    #stein:
    lha dulu juga Bung Karno kan cuma dipilih sekali untuk seumur hidup mbok 😆

  10. Asop berkata:

    Sebuah ironi menurut saya…
    Saya termasuk ke dalam kelompok yg ga setuju mereka2 itu jadi cabup. Tambah satu lagi Mas, ada Vena Melinda yang mau jadi Cabup Blitar. Saya sebagai orang Jawa Timur ga mau kalo kabupaten2 dan kota2 di jatim dipimpin sama orang yang gak kompeten. 😐
    Di mana ya saya bisa melihat riwayat pendidikan mereka?

    #stein:
    saya pikir terserah saja mereka mau nyalon, tapi nanti ndak usah dipilih. biar ada pembelajaran juga bahwa sekedar terkenal saja ndak cukup untuk bekal jadi pemimpin

    • Asop berkata:

      Mas, lebih baik lagi pembelajarannya kalo separuh penduduk Kab Pacitan protes dan demo menolak Jupe. Tapi yo kethokane adem ayem wae rek… 😦

      #stein:
      mungkin rakyat sudah capek demo 😆

  11. Reva Lee Pane berkata:

    Ada satu ungkapan yg pernah saya lontarkan namun langsung disanggah seorang teman, ‘negara gagal’… Katanya, “Bukan negaranya yg gagal, tp pemimpin dan rakyatnya yg membiarkan kegagalan itu terjadi,” Saya pun menyahut, “Lah, memang negara itu terdiri dari apa?”

    Ujung-ujungnya saya jadi berpikir, krn yg namanya pemimpin dan rakyat itu wujudnya manusia, mungkin inilah kesamaan yg menyebabkan tiada hal yang tuntas dan jelas di negara ini…

    #stein:
    jadi gimana mbak? pemimpin dan rakyatnya diganti robot gitu…?

  12. chocoVanilla berkata:

    Aku mendukung Jupe ah, sapa tau Indonesa bisa jadi juara sepak bola seduniya…

    (hayah! opo hubungane? ya kalo masih sama pemain bola, sapa tau ganti lagi ma petinju hihihihi….)

    #stein:
    yang jelas kalo jupe jadi bupati tiap rapat pasti penuh :mrgreen:

  13. Ria berkata:

    ngelus dada mas!
    ini indonesia kalau semua pemimpinnya yg begitu kok jadi kayak negri dagelan ya? 😀

    #stein:
    tapi mungkin perlu dicoba, setelah dari teknokrat, dari ponpes, dari militer… 😆

Tinggalkan komentar