Berlibur ke Pantai Bangsring dan Pulau Tabuhan

Sekian tahun yang lalu seorang guru saya pernah mengatakan, “Istirahat adalah berganti dari satu kegiatan ke kegiatan yang lain.” Beliau mengatakan hal itu saat kami, segerombolan pemalas yang terjebak dalam full day school, meminta rehat sewaktu kegiatan belajar di kelas. Beliau bersungguh-sungguh mengatakan hal itu, dan saya juga bersungguh-sungguh tidak mempercayainya.

Istirahat itu ya istirahat, leyeh-leyeh, ndak ngapa-ngapain. Itulah kenapa saya selalu merasa ada yang ndak pas saat seseorang mengatakan, “Sampeyan sudah terlalu banyak bekerja, mbok ya istirahat, liburan dulu sana.”

Saya jarang menemukan orang yang acara liburannya diisi dengan istirahat. Bermalas-malasan di kamar hotel, misalnya. Yang ada malah kadang ketemu tipikal orang liburan ala kejar setoran, “Mumpung di sini, ayo kita kunjungi semuanya.” Ndak peduli waktunya terlalu mepet, pokoknya yang penting pernah.

“Mumpung Ibu di sini, kita liburan yuk.” Kata istri saya seminggu yang lalu. Ceritanya ibu mertua saya datang dari Jakarta, sudah lama ndak nengok cucu-cucunya. Saya mengiyakan, bukan semata karena ingin menyenangkan mertua, tapi karena saya memang merasa butuh liburan.

Coba diingat-ingat, apakah sampeyan memelankan kendaraan saat sedang terjadi kecelakaan demi melihat kendaraan yang hancur? Atau sampeyan berburu video gedung Bursa Efek Jakarta yang ambrol dengan para mahasiswa berjatuhan? Kalau iya, berarti sampeyan butuh liburan, karena di luar sana masih banyak pemandangan non musibah yang bisa sampeyan nikmati.

Sempat mempertimbangkan Bali sebagai tempat berlibur, akhirnya kami memutuskan untuk pergi ke Banyuwangi. Daripada ke Bali hanya demi mengejar predikat yang penting pernah, lebih masuk akal ke Banyuwangi yang jaraknya sekitar 276 km dan bisa ditempuh selama 7 jam 9 menit bermobil menurut google map.

Kendala yang mungkin timbul saat sampeyan memutuskan berlibur ke Banyuwangi adalah hotel. Banyuwangi merupakan salah satu tempat yang industri pariwisatanya sedang berkembang. Bukan perkara mudah untuk memesan dua kamar hotel dengan pemandangan bagus (baca: hotel menghadap laut) selama dua malam di akhir pekan. Akhirnya terpaksa kami memesan dua malam di hotel yang berbeda, itupun tiap kamar dipesan dengan aplikasi yang berlainan. Satu kamar saya pesan lewat traveloka, satunya lagi lewat agoda. Dan ternyata sodara-sodara, pesan lewat agoda harganya sedikit lebih murah….

Hari Jumat kami berangkat dengan mobil sendiri. Karena masih hari kerja, saya berangkat jam 5 pagi, menghindari padatnya jalur Malang-Pasuruan saat orang-orang berangkat kerja. Pengennya sih sarapan di Warung Pak Cip Paiton, apa daya saat waktu menunjukkan pukul tujuh dan kami baru sampai Dringu, Probolinggo, anak saya yang kecil sudah bilang lapar.

Setelah sarapan di sebuah warung di Dringu, kami melanjutkan perjalanan. Santai, ndak ada acara kebut-kebutan. Bukan karena saya mengutamakan keselamatan, tapi lebih karena saya memang sopir amatir, ndak bisa ngebut. Acara berhenti berikutnya adalah saat mengisi bensin di Utama Raya, pom bensin di Situbondo yang juga memiliki rest area, hotel, dan toilet bersih dengan fasilitas air panas.

Setelah melalui pantai Pasir Putih yang menggoda untuk mampir, jalur panjang Situbondo yang membosankan, serta Taman Nasional Baluran dengan monyet-monyet berjejer di pinggir jalan, akhirnya sekitar pukul duabelas siang kami sampai di hotel untuk hari pertama, Hotel Watu Dodol. Dan kesan pertama adalah, “Iki tenanan hotelnya?”

Penampakan dari tempat parkir benar-benar menipu, juelek, seperti tempat murahan. Tapi begitu masuk, anak-anak saya langsung teriak gembira. Kamar-kamar berbentuk cottage dengan pemandangan pantai jernih dan Pulau Bali di kejauhan. Kalau sampeyan berniat bermalam di pantai utara Banyuwangi, ini adalah salah satu hotel yang saya rekomendasikan.

Hari pertama kami habiskan dengan leyeh-leyeh di hotel. Anak-anak berenang, sedangkan saya melamun merenungi arti hidup ini (uhuks!). Malamnya kami pergi ke kota Banyuwangi, cari makan. Kami terlalu malas untuk mencari review makanan di internet, yang kami lakukan adalah membuka aplikasi gojek dan melihat makanan apa yang paling banyak dipesan. Ketemu lah warung ayam betutu dan ayam pedas Garoes, dan rasanya tidak mengecewakan.

Terima kasih Gojek!

Oleh seorang kawan saya disarankan ke pantai Merah pada hari Sabtu lalu dilanjutkan hari minggu ke Bangsring. Sebagai pelancong malas tentu saja pantai Merah langsung saya coret dari daftar, dua setengah jam di jalan rasanya cukup melelahkan. Hari Sabtu kami ke pantai Bangsring, jaraknya sekitar 1,4km dari jalan utama Surabaya-Banyuwangi. Tiket masuk seribu rupiah per orang, ditambah parkir mobil lima ribu.

Di pantai ini sampeyan bisa ke rumah apung yang berisi ikan-ikan hias, atau mau uji nyali berenang bersama hiu. Mau duduk-duduk santai sambil memberi makan ikan juga bisa, di situ ada yang jualan roti untuk makanan ikan, sepuluh ribu saja. Ongkos menyeberang ke rumah apung cukup lima ribu per orang. Tapi kalau sampeyan mau berkeliling naik perahu sebelum ke rumah apung, siapkan Rp 15.000 per orang untuk naik perahu biasa, atau Rp 25.000 per orang kalau mau naik speedboat.

Sudah ke Bangsring, sayang kalau ndak nyeberang ke pulau Tabuhan. Rogoh kocek agak dalam untuk yang ini. Ongkos ke pulau Tabuhan adalah Rp 500.000 untuk sewa perahu (maksimal isi 10 orang), Rp 50.000 untuk guide, lalu sewa alat snorkling Rp 30.000 untuk yang berbentuk kacamata, atau Rp 40.000 untuk yang fullface. Saran saya sih pilih yang bentuk kacamata saja, yang fullface agak ribet makainya.

Kalau sampeyan keberatan membayar Rp 500.000 untuk sewa perahu sendiri, sampeyan bisa nitip nama di tempat pemesanan perahu, nunggu barengan. Kemarin kami bareng empat mahasiswa, lumayan ngirit Rp 200.000. Perjalanan ke pulau Tabuhan menurut guide-nya cuma butuh waktu 15 menit. Praktiknya sedikit lebih lama, dengan cipratan ombak yang cukup besar. Bawalah tas kresek untuk mengamankan barang sampeyan dari air laut selama perjalanan.

Pulau Tabuhan ini pulau kecil dengan pantai berpasir putih. Lautnya tenang dan jernih. Ada tempat ganti baju dan warung yang menjual makanan ala kadarnya. Yang sedikit mengganggu adalah banyaknya sampah yang ditinggalkan pengunjung.

Mungkin di antara sampeyan ada yang berpikir, jauh-jauh ke Banyuwangi kok ndak kemana-mana? Ndak papa, seperti sudah saya bilang sebelumnya, saya ini pelancong yang malas. Dan lagi, liburan kok kejar setoran, apa masih belum cukup sampeyan dikejar-kejar target kerjaan?

 

5 comments on “Berlibur ke Pantai Bangsring dan Pulau Tabuhan

  1. Warm berkata:

    Senang saya membaca laporan ini, jauh tak serumit obrolane yu darmi.

    Terhibur tenanan saya ki.

    Btw kaosnya hitz!

  2. Chic berkata:

    Liburan kok capek? gitu kali ya? Hahahahahaha
    Saya mah liburan bukan soal capek atau ngga-nya, tapi demi kesehatan jiwa. Gitu lah. XD

    BTW, apa kabaaaaar? 😀

Tinggalkan komentar