Pawang Hujan Salah Alamat

Akhir pekan kemaren pabrik tempat saya mburuh ngadain acara ngumpul bareng di Trawas, kalo istilah kerennya gathering. Acara yang sudah direncanakan jauh hari sebelumnya itu sekaligus sebagai acara perpisahan karena beberapa teman akan dipindah ke cabang pabrik yang ada di daerah lain.

Waktu perencanaan acara salah satu masalah yang dibahas antara lain soal hujan. Trawas termasuk daerah dataran tinggi maka kemungkinan sering turun hujan, apalagi sekarang memang lagi bulan-bulan yang curah hujannya cukup tinggi. Ini penting soale salah satu acara yang diagendakan adalah hiking alias jalan-jalan menyusuri hutan yang rutenya berawal dari hotel dan berakhir di air terjun.

Kang Noyo sebagai seorang Jawa sejati langsung mengajukan ide yang menurutnya brilian, “Kita nyewa pawang hujan saja!”

Saya manggut-manggut saja, untuk urusan yang beginian memang selalu masuk area percaya ndak percaya. Waktu kecil dulu saya pernah dapet cerita, konon katanya untuk bisa jadi pawang hujan salah satu syaratnya adalah menjalani tirakat dengan makan nasi yang dicampur air serta diperas tujuh kali. Dan walaupun dunia perdukunan banyak dinodai dengan berita-berita soal dukun palsu, juga dukun cabul nan mesum, toh kepercayaan masyarakat tentang hal-hal yang bersifat supranatural masih cukup tinggi.

Temen-temen yang lain ndak ada yang nolak, jadilah kami berangkat ke Trawas dengan satu personel tambahan yang dirahasiakan. Temen-temen pabrik banyak yang ndak tau kalo kita make jasa pawang hujan.

Lalu dimulailah acara gathering-nya, dengan dibagi dalam beberapa kelompok kami mulai menyusuri jalan setapak yang lumayan terjal. Musnah sudah bayangan saya tentang jalan-jalan yang menyenangkan, yang ada nafas seperti keluar dari kuping dan kaki menolak untuk diperintah.

Walaupun dengan terseok-seok semua peserta tiba dengan selamat di lokasi air terjun. Sambil makan siang dan menikmati pemandangan kami menunggu jemputan yang akan membawa para peserta kembali ke penginapan. Dalam hati saya mbatin, ternyata pawang hujannya Kang Noyo ampuh juga, dari pagi cuaca cerah, malah cenderung panas.

Tapi ndak lama kemudian kabut turun, hawa mulai terasa dingin. Lama-lama mendung dan mulai hujan rintik-rintik, dan bersamaan dengan kedatangan mobil jemputan (yakni sebuah truk pengangkut pasir yang di baknya masih ada bekas pasir basah lengkap dengan dua buah sekop!) hujan turun dengan lebatnya. Untung panitia sudah mengantisipasi dengan menyediakan jas hujan untuk tiap peserta.

Sesampainya di hotel langsung saya nyari Kang Noyo, “Piye tho Kang kok masih hujan?? Perjanjian sama pawang hujannya gimana?”

Dengan kalem Kang Noyo njawab, “Ini kesalahan teknis saja, si Mbah salah pengertian. Kebetulan di sebelah lagi ada acara juga, waktu mereka bubar dipikir sama si Mbah acara kita sudah selesai, makanya dia ndak nahan hujannya lagi.”

Jawaban yang sulit dikonfirmasi, harap maklum, ini masuk area percaya ndak percaya.

6 comments on “Pawang Hujan Salah Alamat

  1. Mawi Wijna berkata:

    Curhat dari sesama pawang hujan adalah ketika diantara mereka saling lempar awan hujan. Nah, kalau begini awan yang dibuat bingung πŸ˜€

  2. budiono berkata:

    hakakakakakaa….

    pawang hujan berupa jas hujan ternyata lebih terbukti melindungi ya kang..

    btw kang noyo ino sosok yang aneh, kadang dia menjadi tetangga, kadang jadi teman kerja, sing bener sing ndi?

    #stein:
    lho, dia memang tetangga yang kerja satu pabrik sama saya πŸ˜†

  3. ge te em drim berkata:

    target tercapai nee..bisa getringan..btw, temenku pabrik banyak yang dipindah ke cabange sampean kang..ane ditinggal sendirian di bagian giling

  4. lina berkata:

    Mbah Pawang harus dikasi peta dan daftar acara juga rupanya πŸ™‚

  5. […] saya ini masih remuk redam gara-gara gathering kemaren, jadi saya diem saja nyeruput kopi sambil ngisep rokok. Saya dengan sabar menunggu kalimat-kalimat […]

  6. […] Saya lupa punya utang waktu acara gathering pabrik dulu. Tapi kalo saya bayar sekarang gimana nasib servis shockbreaker motor saya yang bocor […]

Tinggalkan komentar