Antara Mbok Darmi, Pak Lurah, Freeport, dan Garuda

Semalem saya diwaduli sama Mbok Darmi, “Mas, Pak RT itu maunya apa tho? Mosok dia bilang saya ndak boleh mbikin KTP sampe batas waktu yang tidak ditentukan. Lha saya mau jadi warga mana?”

Halah! Ini ada apa lagi, kok ada acara ndak boleh mbikin KTP, pake embel-embel sampe batas waktu yang tidak ditentukan pula. “Lha kok bisa begitu Mbok, memangnya sampeyan salah apa sama Pak RT?” Tanya saya.

“Ndak tau mas, tapi bisa jadi ini ada hubungannya sama penolakan saya pada Pak Lurah kemaren, soale kata Pak RT saya disuruh sowan ke rumah Pak Lurah.” Kata Mbok Darmi.

Heh? Penolakan?? Apakah anu, itu, pikiran saya mendadak ngeres, “Memangnya Pak Lurah mau berbuat apa sama sampeyan?”

julia perez

ini bukan Mbok Darmi

“Pasti sampeyan mikir macem-macem! Bukan berbuat apa-apa, kemaren itu Pak Lurah mesen kopi sama gorengan trus minta dianter ke rumahnya. Sampeyan tau sendiri kemaren kan ujan deres banget, saya ndak punya payung, ya saya ndak bisa nganter. Lha sorenya saya ketemu beliau, saya sapa ndak njawab, kayaknya marah.” Jawab Mbok Darmi sambil memilin-milin ujung kebayanya.

Saya meringis, di jaman yang konon katanya sudah reformasi seperti sekarang ternyata masih ada saja adat priyayi dari abad pertengahan yang masih bertahan. Pak Lurah adalah petinggi, salah satu dari tiga golongan yang ndak boleh dilawan. Kata simbah saya ada tiga golongan yang ndak boleh dilawan : pejabat, orang kaya, dan orang gila.

“Sabar Mbok, jangankan sampeyan yang cuma warung kopi, perusahaan guede kayak Garuda Indonesia saja dapet masalah gara-gara ndak nuruti maunya petinggi.” Kata saya berusaha menenangkan.

Sampeyan mungkin juga sudah dengar, pesawat milik maskapai penerbangan Garuda Indonesia ndak diijinkan ngisi bahan bakar di bandara Moses Kilangin, Timika. Awal permasalahannya sederhana, pesawat garuda GA 652 yang mau terbang ke Timika terhalang cuaca buruk sehingga terpaksa singgah dulu di Jayapura. Kebetulan di Jayapura ada rombongannya Armando Mahler, presiden direktur PT Freeport Indonesia, yang megang tiket penerbangan garuda GA 653.

Melihat ada pesawat ngetem, si Armando mau pindah pesawat, ikut penerbangan GA 652. Pilot Garuda, Kapten Manotar Napitupulu tentu saja ndak mau nerima, karena pesawat ndak kayak kopaja yang bisa seenaknya ngoper penumpang, ada prosedur-prosedur baku yang kalo ditempuh bakal makan waktu lama. Rupanya ini mbikin Freeport ngambek, dan sebagai penguasa Timika tentu bukan perkara sulit untuk membuat Garuda mengalami kesulitan di negara kecilnya.

Ternyata perilaku sok berkuasa dan menuntut perlakuan istimewa bukan cuma monopoli pejabat, wong sugih pun ingin perlakuan yang sama.

“Tapi si fripot ini kan nunut hidup di Indonesia Mas, mestinya ndak boleh sewenang-wenang karena sebenernya yang mbikin mereka kaya itu kita!” Sergah Mbok Darmi.

“Pada hakekatnya sih begitu mbok, tapi jaman sekarang kan sudah jarang yang mau liat hakekat. Yang jelas jangan melawan orang kayak petinggi freeport, walaupun kalo menurut sampeyan mereka kaya karena nunut hidup sama kita yang berarti freeport ndak bisa bener-bener disebut sebagai wong sugih, dan mereka juga bukan pejabat, karena bisa jadi petinggi freeport adalah wong gendeng.” Saya letakkan duit seribuan dan pamitan pulang.

18 comments on “Antara Mbok Darmi, Pak Lurah, Freeport, dan Garuda

  1. marshmallow berkata:

    hakhakhak… kesimpulannya itu lho bikin aku geli.

    heran ya, mas. di zaman modern begini, udah menjelang kiamat pula kalau benar ramalan suku maya, masih ada aja orang yang bersikap arogan karena jabatan dan kekayaan dan merasa telah menduduki kasta tertinggi di masyarakat. (karena kalau arogan atas kegilaan itu cuma pada kasus ini aja kayaknya. hihi) jadi setiap orang yang nggak pejabat atau nggak kaya dianggap kacungnya semuaaa… hhh… *geleng-geleng kepala*

  2. elia|bintang berkata:

    sbnrnya masalahnya itu sepele banget dan bos freeport ini bersikap yg entah sok kuasa entah kekanak-kanakan. seperti anak kecil yang ngambek kalo ga dibeliin mainan..

  3. Wempi berkata:

    ‘Beresin’ aja… 😆

  4. Mawi Wijna berkata:

    hiiih! Gemes saya sama bos Freeport ituh! Oleh sebab beritanya sudah dimuat di media elektronik, apa dengan gitu bos Freeport bisa dipecat ya?

  5. samsul arifin berkata:

    ya ampun, masyaAllah, free**rt sangat keterlaluan!
    aku malah baru dengar ada berita ini.

  6. deteksi berkata:

    lospokus… julia peres jumbo banget! :mrgreen:

  7. wongiseng berkata:

    Apik tenan dongengnya, pesan simbah sampean itu mesti saya ingat-ingat benar. Apalagi menghadapi gabungan tiga-tiganya : udah pejabat, kaya, dan tambah gendeng pula :))

  8. itikkecil berkata:

    baru jadi dirut freeport saja sudah seperti itu. apalagi kalau jadi presiden ya…
    🙄

  9. Catra berkata:

    mau nanya pak, ini fakta bukan? hahaha :mrgreen:

  10. lina berkata:

    hem, kalo buka orang kaya dan pejabat, berarti dia wong gendheng.
    🙂
    mungkin begitu

  11. adipati kademangan berkata:

    sebutan yang luwar biyasa, wong gendeng ternyata menjadi pemimpin perusahaan 😀

  12. jejak annas berkata:

    asyik mas mbacanya, mengalir dan berurut. apalagi pake visual jupe segala, jadi aja semakin menghayati ha ha ha

  13. luvaholic9itz berkata:

    hayoo sapa lagi yang mau ngelawan ihihih

  14. warm berkata:

    fotonya merusak konsentrasi saja huehehe

    dan oh ya,
    orang kaya tapi ga punya hati,
    sok, semau2nya,
    memang menyebalkan dimana2 *sigh*

  15. Mas Adien berkata:

    gitu aja kok ngepot

  16. warm berkata:

    mbulet jg pada akhirna
    hidup mbok darmi
    😀

    #stein:
    memang tulisan yang aneh 😆

Tinggalkan komentar