Maukah Sampeyan Dimengerti?

Perempuan menerima kehadiran lelaki dengan harapan mereka akan berubah, dan mereka salah, karena lelaki tidak pernah berubah. Lelaki menerima perempuan dengan harapan mereka tidak akan berubah, dan mereka salah, perempuan akan berubah.

Saya ndak tau siapa yang pertama kali membuat ungkapan seperti itu. Mungkin yang dimaksud adalah perempuan menerima lelaki dengan harapan sifat buruknya akan berubah, ternyata mereka ndak pernah bisa berubah. Dan lelaki yang berharap istrinya akan tetap sesekseh saat masih pacaran, ternyata proporsinya berubah. Atau paling ndak itulah yang saya pahami.

Mungkin di antara sampeyan ada yang berpikir bahwa pernikahan adalah sebuah momen, “when two become one” seperti lagunya Spice Girls. Sah-sah saja, wong di sekolah memang ndak pernah diajarkan, dan di ujian nasional juga ndak pernah ditanyakan, alias ndak ada bener salah yang mutlak di sini. Tapi menurut saya when two become one yang dimaksud Spice Girl bukan itu, baca saja liriknya

Come a little bit closer baby, get it on, get it on
‘Cause tonight is the night when two become one

Syaratnya when two become one adalah sampeyan harus get it ON, jadi pastinya itu bukan pernikahan, tapi hanya sebuah efek samping dari pernikahan. *oke, tulisan ini makin lama makin ndak jelas*

Pernikahan adalah sebuah bentuk formal komitmen dari dua manusia yang masing-masing memiliki jiwa dan pikiran berbeda untuk membina sebuah rumah tangga. Komitmen ini menjaga sampeyan dan pasangan untuk tetap terikat pada saat cinta berkurang atau pudar, sampai cinta itu datang lagi. Karena lazimnya setiap rasa, cinta pun memiliki siklusnya.

Ndak ada saya, ndak ada kamu, yang ada adalah kita.

Sesuatu yang mustahil menurut saya, karena dua kepala berarti dua pikiran yang berbeda, dua kepentingan yang berbeda. Beda kepentingan pasti menghasilkan benturan. Inilah sebabnya seorang senior saya pernah bilang, “Lima tahun pertama adalah fase ujian bagi sebuah pernikahan, saat dua orang mencoba mencari kompromi terbaik bagi rumah tangganya.”

Saya tanya, “Setelah itu?”

Jawab senior saya, “Setelah itu adalah fase ujian untuk lima tahun berikutnya.”

Jadi salah satu hal yang menjadi kunci bagi keberhasilan rumah tangga adalah kemampuan untuk melakukan kompromi atas pikiran pasangan yang mungkin berbeda dengan pikiran kita. Kemampuan ini konon disebut pengertian.

Hanya saja kadang sebuah keruntuhan rumah tangga terjadi bukan sekedar karena ndak mau saling mengerti, tapi juga karena ndak mau saling dimengerti.

“Maksudmu piye Le?” Tanya Kang Noyo sambil pelan-pelan mengunyah pisang goreng di warung Mbok Darmi. Ternyata efek belum gajian juga berpengaruh pada kecepatan mengunyah seseorang, makin cepat mengunyah makin cepet abis banyak, sesuatu yang wajib dihindari di tanggal tua.

“Sampeyan mau mengerti pasangan itu satu poin Kang, tapi sampeyan juga harus mau dimengerti pasangan.” Jawab saya sambil juga mengunyah tempe gembus dengan kecepatan maksimal, maksimal perlahannya.

Konon lelaki memang bukan makhluk yang vokal, alias kemampuannya mengungkapkan perasaan ndak sebagus perempuan. Dan konon pula, saat didera stress kemampuan lelaki untuk memahami perasaan orang lain menurun drastis, yang makin memperparah jalur komunikasi antara sampeyan dan pasangan.

Mungkin ada saat-saat di mana sampeyan males membuka diri. Bingung mau mulai dari mana, dan akhirnya putus asa bahkan sebelum bercerita. Sampeyan berpikir akan lebih mudah kalo masalah itu sampeyan simpan sendiri, daripada harus menjelaskan banyak hal detil pada pasangan. Waktu akan mengobati segalanya, begitu pikir sampeyan.

Wajarkah?

Wajar, wong setiap manusia pasti sesekali pengen menikmati ruangnya.

Yang ndak wajar adalah kalo setiap saat sampeyan males membuka diri. Sampeyan pikir saat sampeyan mau dan mampu memahami pasangan maka kompromi telah dilaksanakan. Sampeyan merasa hubungan ini cukup dipertahankan dengan cara sampeyan berkorban, korban perasaan. Dan dari sinilah bencana dimulai.

Gimana ndak ciloko namanya, kalo sampeyan merasa telah berkorban, menderita batin, selalu mau mengerti tanpa pernah dimengerti, sementara pasangan ndak tau sama sekali.

Secara ndak sadar sampeyan mulai merasa bahwa pasangan sampeyan menumpuk hutang, hutang pengertian. Dan percayalah, akan datang saat di mana sampeyan merasa berhak menagih hutang tersebut, hutang yang sampeyan klaim secara sepihak. Saat sampeyan yang selama ini terkesan diam tanpa masalah mendadak bisa ngomong, “Sampeyan itu egois tenan, aku lho orangnya pengertian.”

Tanpa sampeyan sadari bahwa yang egois itu sampeyan, yang ndak pernah mau ngasih kesempatan pada pasangan untuk bilang, “Try me, mari kita lihat apakah aku memang ndak mampu ngerti kamu.”

Kang Noyo manggut-manggut, “Jadi intinya kamu harus berani ngomong, atau pasangan harus bisa memancing omongan, jangan sampai punya pikiran bahwa dia ndak akan bisa paham, gitu?”

Setelah beberapa seruputan kopi di sela kepulan asap rokok, Kang Noyo beranjak berdiri, “Le, berhubung aku belum gajian, tulung bayari dulu, nanti gantian.”

Gantian?

Sejak kapan kosakata gantian masuk dalam kamus sampeyan?

Mungkin seharusnya saya terus terang, kelakukan teman saya yang satu ini sudah sangat memberatkan. Tapi sudahlah, Gusti Allah sing mbales.

Jiyan!

14 comments on “Maukah Sampeyan Dimengerti?

  1. risdania berkata:

    Dalam berkomitmen tidak hanya butuh memahami, tapi jg mengerti. Paling memahami tapi ga bisa mengerti ujung-ujungnya bubar #curcol hehhehehhe

    #stein:
    bedanya paham dan ngerti apa mbak?

  2. Annas D Human berkata:

    setelah komitmen harus memasuki fase berkembang, kalo ga berkembang ya pasti lah bosen, ga ON

  3. suryaden berkata:

    aku njaluk pisang gorenge ae mas :-))

  4. Nona nDue berkata:

    Mbah stein. salam kagem Kang Noyo :p

    jiyan ngefans temenan aku :))

  5. Ferry berkata:

    tulisan sampeyan apik tenan, mas Stein..
    aku belajar banyak dari posting sampeyan..

    keep sharing, keep shining.. ^^

  6. budiono berkata:

    hwkwkwkw… sing ngisor dewe kui mau dadi bukti nek wong lanang gak iso langsung misuhi kang noyo sing gayane ngomong “gantian” padahal biasane yo nyikat sembarang kalir :))

  7. Nanahapsari berkata:

    Gantiaaan yo. Hihi

  8. Ely Meyer berkata:

    bagus nih postingan buat dibaca suami istri ya mas

  9. 1nd1r4 berkata:

    2 kepala ga akan pernah jadi 1, yg bisa dilakukan saat sudh terikat dengan yg namanya pernikahan adalan berkompromi dan mencoba menjadi lebih baik setiap harinya 🙂 . Ya opo kabare mas?

  10. dihas berkata:

    berkomitmen kadang malah melellahkan…
    🙂

  11. Resti berkata:

    Bagus mas, tulisannya.. 🙂

  12. nafisya_checa berkata:

    uhhmmmm… Untuk mengungkapkan isi hati pd pasangan itu tdk gampang.. butuh waktu dan proses… tapi kediaman malah membawa ke sebuah salah paham di antara keduanya

  13. yohanacandra berkata:

    setujuh aku mas karo tulisan e sampeyan ikih…:D

  14. sony berkata:

    Enak tenan baca punya pian nih pang….ulun kadak kawak kadak tersenyum klo baca blog pian…pa kabar mas..?

Tinggalkan komentar