Kenapa Harus Datang?

Dulu di kampung saya yang sepi dan jauh dari peradaban orang cuma tau ada lima pihak yang ada dalam dunia hukum menghukum, yaitu polisi, jaksa, hakim, pembela, dan terdakwa. Simbok saya yang asli mBantul itu pernah bilang kalo di antara kelima pihak itu beliau paling benci sama yang namanya pembela.

Kok bisa?

“Wong kurang kerjaan, mosok orang yang bersalah masih dibela.” Demikian kata simbok waktu itu.

Sampeyan ndak usah protes, pikiran orang dusun macem simbok memang sederhana. Polisi tugasnya nangkep terdakwa, setelah itu dituntut sama jaksa, trus dihukum sama hakim. Seharusnya cukup sesederhana itu, yang bersalah dapet ganjarannya. Tapi kadang karena pinternya pembela maka persidangan jadi berlarut-larut, bahkan terdakwa bisa bebas.

“Nganyelke tho? Cocok sama namanya, pengacara, pengangguran banyak acara.” Lanjut simbok saya.

Waktu berlalu, sekitar tahun 2000-an bapak saya nyenggol sepeda pancal di jalan dengan Vespa PX-150 tahun 1985-nya yang di kampung saya cukup legendaris saking tuanya itu. Sebetulnya ndak masalah kalo saja yang disenggol itu cuma sepeda dengan pengendara masih muda perkasa macem saya, tapi ada simbah renta yang lumpuh terikat di boncengan sepeda itu. Sepeda jatuh dan simbah tua itu meninggal. Ada yang nelpon polisi dan bapak saya dibawa ke polres dengan tuduhan melakukan kelalaian yang menyebabkan orang lain meninggal.

Bapak dan simbok saya cuma orang kampung yang ndak ngerti hukum, cuma bisa ketakutan waktu dikasih tau kalo kelalaian yang bapak lakukan bisa mbikin bapak saya masuk penjara, ndak peduli keluarga korban sudah merelakan dengan pernyataan tertulis, ndak ada hubungannya juga dengan biaya yang bapak saya keluarkan untuk acara selametan si simbah sebagai bentuk tanggung jawab. Akhirnya beberapa juta masuk ke kantong pak polisi.

Cukup?

Ternyata belom, beberapa waktu kemudian pak polisi dateng lagi, katanya minta jatah buat jaksa. Beberapa juta lagi melayang. Aparat yang katanya pengayom masyarakat itu ndak peduli sawah blom panen, tapi mungkin juga ketidakpedulian mereka beralasan, karena hasil panen sawah kami memang ndak bakal cukup buat mbayar uang pengamanan kasus tersebut. Mereka mungkin juga ndak peduli waktu bapak nelpon untuk minta maap karena ndak bisa ngasih saya kiriman, semua duit utangan sudah kepake buat ngurusi kasus.

“Makanya Mbok, jangan benci sama pengacara. Mungkin kalo ada mereka kita ndak bakal dipermainkan begini.” Kata adik saya yang sempat bercita-cita kuliah hukum.

Saya ndak tau apakah simbok jadi ndak benci sama pengacara, tapi yang jelas dengan peristiwa itu simbok saya jadi takut sama polisi dan jaksa.

Mungkin sampeyan akan bilang kalo misalnya ndak salah kenapa harus takut?

Logikanya memang begitu, tapi seringnya logika hanya berlaku untuk orang yang berada di luar masalah. Saya yakin sampeyan akan sama takutnya dengan simbok saya kalo harus berurusan dengan masalah hukum. Dan seharusnya memang sampeyan perlu takut karena orang-orang ini dianggap berprestasi kalo bisa menjadikan seseorang jadi terdakwa dan dihukum, sama halnya dengan pembela yang dianggap berprestasi kalo bisa membebaskan orang.

“Mosok begitu tho Le? Ini kan bukan soal menghukum atau membebaskan orang. Untuk membuat masyarakat tertib harus ada aturan hukum yang dipatuhi, lha fungsi aparat ini ya untuk memastikan hukum dipatuhi, makanya mereka disebut penegak hukum.” Ujar Kang Noyo menanggapi cerita saya.

“Itu kan teorinya Kang, prakteknya sampeyan pasti ketakutan setengah mati kalo duduk di depan penyidik. Pertanyaan yang sama bisa diulang-ulang dalam berbagai versi untuk membuat jawaban sampeyan kepleset, sekali sampeyan kepleset akan terus dicecar, kalo lagi apes status sampeyan yang saksi bisa jadi terdakwa.”

Mungkin omongan saya terlalu sok tau karena saya bukan orang yang ngerti hukum, tapi itulah yang saya rasakan waktu saya dipanggil ke kantor polisi sebagai saksi gara-gara kendaraan saya dipinjem orang buat nyolong. Sudah apes kendaraan disita, dipanggil berkali-kali sama polsek, masih harus “nebus” juga ke polisi.

Saya yakin saya ndak salah, ndak pernah terbersit sedikitpun niat untuk mbantu orang nyolong, apalagi sampe dengan sukarela menyediakan kendaraan saya sebagai sarana nyolong. Tapi toh saya takut waktu dipanggil polisi.

“Kalo takut kenapa kamu dateng?” Tanya Kang Noyo.

“Piye tho Kang? Wong dipanggil kok, kalo ndak dateng malah lebih takut lagi. Nanti bisa-bisa pak polisinya mikir saya memang bersalah, trus ditangkep, malah repot lagi urusannya.” Jawab saya.

“Aaaahh… ndak bakalan! Kalo cuma dipanggil jadi saksi itu terserah mau dateng ato ndak.” Ujar Kang Noyo.

Lho, mosok sih?

“Tapi ada syaratnya, kamu harus punya tim pengacara yang handal, punya pendukung buanyak yang siap mbikin cap jempol darah, kamu juga harus jadi ketua partai, dan yang lebih penting lagi, kamu harus pernah jadi presiden.” Kang Noyo mesem.

Oalah….

Jiyan!

9 comments on “Kenapa Harus Datang?

  1. itikkecil berkata:

    Kalau setahu saya, tugas pengacara adalah memastikan kalau terdakwa tahu hak-haknya…

  2. […] This post was mentioned on Twitter by blogroll, Tobagus Manshor. Tobagus Manshor said: Kenapa Harus Datang? http://goo.gl/fb/DVpuP […]

  3. Vicky Laurentina berkata:

    Kalo menurut yang saya lihat di novel-novelnya John Grisham, kebersalahan seseorang itu harus dilihat dari sudut undang-undang, jadi pengacara berfungsi mencari alasan mengapa seseorang tidak bisa dianggap bersalah menurut undang-undang itu.

    Tapi sebagian besar masyarakat Indonesia cumak lulusan SD, dan siyalnya konsep pengacara ini nggak diajarkan di SD. Itu sebabnya logika awam masyarakat ya seperti ibunya Mas Stein itu. Saya harap pendidikan bisa meningkatkan derajat wawasan kita semua sehingga kita bisa mengetahui lebih banyak tentang kegunaan pengacara.

  4. Abi Sabila berkata:

    Kang Noyo kali ini cerdas, cerdas sekali!
    Kalo perlu biar polisi, jaksa sama hakim sowan ke rumah, bikin acara arisan. Kekekekek…

  5. ndaru berkata:

    ah..soal bapak2 itu lagi to

  6. Wakakaka… ngakak habis pas mbaca ini:

    “Tapi ada syaratnya, kamu harus punya tim pengacara yang handal, punya pendukung buanyak yang siap mbikin cap jempol darah, kamu juga harus jadi ketua partai, dan yang lebih penting lagi, kamu harus pernah jadi presiden.” Kang Noyo mesem.

    Memang ndak enak kalo terlibat masalah hukum.

  7. big sugeng berkata:

    Pengacara kalau yang dibela nggak punya duit apakah mau membela? Kecuali kasus2 yang mendapat perhatian publik untuk meningkatkan ketenaran. Mereka juga bakal mengatakan untuk uang transpor, uang jaksa hakim dll. Makanya kalau orang terkenal kan habisnya sampai milyaran. Konon Buyung membela Gayus dengan fee 3 m?

    Di acara TV ketika pengacara Gayus yang bilang: siap sih pengacara sekarang yang nggak mau membela Gayus? maka serta merta para pengacara tertawa seolah mengiyakan.

  8. Ferry ZK berkata:

    “Tapi ada syaratnya, kamu harus punya tim pengacara yang handal, punya pendukung buanyak yang siap mbikin cap jempol darah, kamu juga harus jadi ketua partai, dan yang lebih penting lagi, kamu harus pernah jadi presiden.”

    Jiahhh kata temen saya ini yang namanya Untouchable Mommy qiqiqi wong malah dikasih rumah mewah je saking susah ngusirnya hehehe…

  9. chocoVanilla berkata:

    Waaah, sayang sekali aku belon pernah jadi presdien 😆

    Kalo gitu mesti idup ati-ati biar gak ada yang manggil-manggil hehehehe…..

Tinggalkan komentar