Ladang Coffee Malang

Setinggi-tinggi bangau terbang, akhirnya ke ladang juga. Demikian kata pepatah. Mungkin sampeyan pernah mendengarnya dalam versi yang lain. Tak perlu terlalu diambil hati. Kalau istilah kopitiam dan open mic saja bisa dipatenkan, apalah susahnya mengganti sebuah kata dalam pepatah?

Di Malang, sampeyan boleh saja sudah cangkruk di Java Dancer, kafe legendaris yang sudah menjual kopi beneran saat yang lain masih nyeduh kopi sachet-an. Atau Vosco Coffee yang parkirannya ndak pernah kosong. Atau mungkin Starbucks, tempat orang rela antri untuk minum kopi dengan gelas plastik. Namun sampeyan belum benar-benar ngopi sebelum sampeyan leyeh-leyeh di sini, Ladang Coffee.

Ngopi itu bukan semata soal roasting, brewing, atau apalah istilah yang ruwet-ruwet itu. Ngopi bagi saya adalah sarana kontemplasi. Baiklah, kontemplasi itu ketinggian. Berhubung kemarin juragan saya bilang, “Nek ngomong ojo dhuwur-dhuwur, mundhak kesampluk montor mabur.” Saya ganti saja. Tempat ngopi yang ideal bagi saya haruslah enak buat melamun. Dan di Malang, bagi saya belum ada tempat ngopi yang enak buat melamun melebihi Ladang Coffee.

Salah satu keunggulan Ladang Coffee dibanding tempat ngopi yang lain adalah lokasi. Dengan lokasi yang ndak pas di tepi jalan utama, tepatnya di Jalan Guntur No 31, Oro-oro Dowo, Klojen, Malang, kafe ini cenderung sepi. Ndak cuma sepi dari lalu lalang kendaraan bermotor, tetapi juga relatif sepi pengunjung. Kecuali sampeyan pas apes, datang berbarengan dengan acaranya klub Pajero Sport yang kadang berkumpul di sini.

Bangunan jaman Belanda

Bangunan yang digunakan Ladang Coffee merupakan bangunan lama. Dalam kondisi yang berbeda mungkin tempat ini cocok sekali dipakai acara uji nyali dunia lain. Ada nuansa yang ndak bisa sampeyan dapatkan pada bangunan-bangunan artistik modern.

Di sini sampeyan bisa pilih bersantai di sofa, atau kalau mau lebih privat sampeyan bisa pilih tempat di dalam. Mau lebih ngumpet lagi? Silakan pilih tempat di lantai dua. Ini sebenarnya mau ngopi apa main petak umpet, tho?

Bagi sampeyan yang muslim, ada mushola yang lumayan representatif di lantai dua. Disediakan sandal jepit juga untuk berwudhu. Maksud saya bukan wudhunya pakai sandal jepit. Wudhu tetep pakai air. Sandal jepit itu dipakai untuk menuju ke tempat wudhu, paham?

Cukup hidup sampeyan saja yang salah arah. Arah kiblat jangan.

Menu makanan dan minumannya lumayan banyak. Saya ndak bilang lengkap lho ya. Takutnya sampeyan nanti protes, kok ndak ada sempol? Dari makanan ringan sampai yang berat, ada. Favorit saya kalau lagi ke sini adalah Mesoh Mie, mie dengan irisan cabai dan keju parut, pedes wuenak! Untuk minumannya saya biasa pesen Salt Caramel Mocca, yang panas.

Slideshow ini membutuhkan JavaScript.

Sambelnya lumayan nendang

Sampeyan yang fakir benwit, jangan kuatir, di sini tersedia wifi yang lumayan kenceng. Kalo persediaan malu sampeyan mulai menipis, sampeyan bisa streaming film tanpa perlu misuh-misuh karena nunggu buffering.

Di sini menyediakan kopi yang sudah dikemas, boleh dibawa pulang, setelah dibayar tentunya.

Oiya, pesan saya, kalau sampeyan ke sini jangan melewati tanggal 10. Apa pasalnya? Soale di atas tanggal itu akan lebih masuk akal kalau nongkrongnya bukan di sini, melainkan di Warung Mbok Darmi.

Itu saya, sih.

5 comments on “Ladang Coffee Malang

  1. Warm berkata:

    Coba saya tes komen lgi

  2. Warm berkata:

    Buset bisa, trus komen saya sebelumnya kemana? Oh nasib, yaaudahlah haha

  3. abangpay berkata:

    Sebagai cah kopi yang dianggap sesat (sama yang nganggep saya sesat), yang penting itu bukan kopinya, tapi sama siapa~

Tinggalkan komentar