Menyesap Inspirasi dari Direksi PT RNI

Apa yang terbayang di benak sampeyan saat mendengar nama PT Rajawali Nusantara Indonesia? Besar kemungkinan sampeyan langsung teringat kisah cinta segitiga antara Rani Juliani, Nasrudin Zulkarnaen, dan mantan ketua KPK Antasari Azhar. Lengkap dengan konspirasi yang melibatkan Sigid Haryo Wibisono dan Kombes Williardi Wizar. Kisah yang bagi beberapa orang masih belum jelas ujung pangkalnya sampai sekarang.

Mungkin ndak banyak yang tau kalo PT RNI adalah sebuah perusahaan BUMN yang bergerak di bidang agro industri, farmasi, alat kesehatan, dan perdagangan. PT RNI merupakan investment holding yang mengoperasikan 35 kantor cabang, 10 pabrik gula, 2 pabrik alkohol, 1 pabrik obat, 2 pabrik alat kesehatan, 1 perkebunan sawit, dan 1 perkebunan teh.

“Ono opo tho Le? Kok mendadak kamu ngomong RNI? Mau pindah pabrik opo piye?” Tanya Kang Noyo kemaren sore, saat kami menikmati hembus angin yang makin kering di warung Mbok Darmi.

Halah!

Sebuah berita di Kompas menarik perhatian saya,

Untuk melakukan penghematan, empat direksi PT Rajawali Nusantara Indonesia (RNI) sengaja tidak memanfaatkan fasilitas perusahaan seperti mobil dan rumah dinas. Perusahaan BUMN tersebut tahun 2011 mengalami kerugian Rp 34 miliar, karena terjadi banyak inefisiensi.

Sebagai rakyat kecil, level buruh, saya pernah merasa negara tercinta ini ndak punya masa depan. Birokratnya ndak punya mental melayani, integritasnya kurang, profesionalismenya ndak jalan. Celakanya mental birokrat ini menular juga ke BUMN. Pejabat titipan, sapi perahan, backing-backingan, adalah cerita miring yang umum kita dengar tentang BUMN.

Saya ndak ngerti teori manajemen dari abad berapa yang dipakai untuk mengelola birokrasi di negeri ini. Sampai ada seorang kawan pernah berseloroh, “Duit negara selalu dijarah, dari sebelum masuk kas negara sampai saat sudah keluar dari kas negara.”

Lalu tiba-tiba muncullah sosok semacam Dahlan Iskan dan Joko Widodo. Saya bersyukur, ternyata negara ini masih punya harapan.

“Trus hubungannya sama si rajawali tadi opo Le?” Tanya Kang Noyo ndak sabar, mungkin penuturan saya memang terlalu bertele-tele.

Ternyata bukan cuma Dahlan Iskan dan Jokowi yang bisa membuat cerita. Ada juga pejabat lain di BUMN, dalam hal ini PT Rajawali Nusantara Indonesia, yang juga layak menjadi teladan.

Seperti yang dituturkan oleh Dandossi Matram, seorang alumni STAN angkatan 1981 yang sekarang menjadi direktur keuangan PT RNI.

Untuk menghemat biaya, direksi tidak menggunakan fasilitas dari perusahaan, misalnya:

  1. Kendaraan dinas beserta tetek bengeknya termasuk sopir, BBM, parkir, toll, asuransi mobil, dan pemeliharaan.
  2. Setiap kali direksi berkunjung ke daerah akan menginap di mes perusahaan, kalo ternyata ndak ada mes maka direksi akan menginap di hotel, maksimal bintang tiga dan mengambil kamar termurah.
  3. Untuk jatah penerbangan, direksi akan selalu memakai kelas ekonomi.
  4. Dana entertaintment masing-masing direksi dibatasi hanya Rp 60 juta, dari sebelumnya Rp 120 juta per tahun. Khusus untuk entertaintment client berupa golf atau karaoke ndak boleh make dana perusahaan, harus dari kantong pribadi.
  5. Ndak ada lagi lift khusus direksi, semua karyawan boleh make.

Dalam hal ini direksi RNI sudah mempraktekkan salah satu prinsip dari Ki Hajar Dewantoro, ing ngarso sung tulodho, pemimpin harus bisa memberi contoh.

“Itu sudah praktek apa belum Le? Jangan-jangan cuma teori.” Tanya Kang Noyo dengan nada sedikit skeptis.

“Sudah praktek Kang.” Ujar saya.

Dandossi menuturkan, “2 minggu yang lalu, Direksi RNI yang dulu sangat dihormati, saat ke mess di Candi Sidoarjo, kami bertiga tidur dalam satu kamar mess seperti tidur di barak, sesuatu yang tidak mungkin terjadi di masa lalu.”

“Sekarang saja kalau pergi rapat ke Kementerian Negara BUMN, kalau kadiv ada yang ikut, kita pergi pakai mobil pribadi saya, saya yang nyetir dan mereka duduk jadi penumpang. Lucu sekali melihat salah tingkah mereka karena saya yang sopirin. Mana ada cerita di RNI Direktur sopirin bawahannya? hahaha. Padahal buat saya sih biasa-biasa saja.”

Tentu direksi ndak cuma ngasih contoh dalam penghematan penggunaan fasilitas. Alumni STAN yang akrab dipanggil Bang Ossy oleh junior-juniornya itu mengungkapkan, “Contoh lain adalah jam masuk kerja, sebelumnya banyak pegawai yang rajin telatnya, setelah melihat bahwa Direksi masuk sejak pagi hari, praktis mayoritas karyawan masuknya jadi sesuai jam kerja, sesuatu yang sebelumnya susah sekali diterapkan. Padahal kami-kami ini setiap hari pulangnya ke rumah paling cepat jam 22.00 malam, dan setiap hari libur kami semua pergi ke anak-anak perusahaan di daerah, termasuk saat long week-end.”

“Berarti ini tentang continous improvement kan?” Potong Kang Noyo.

Oh tidak, jangan lagi.

“Jadi yang dilakukan oleh direksi RNI itu termasuk mindset dasar yang harus dipahami dan diikuti oleh seluruh anggota entitas, mulai dari level manajemen sampai… Lho, mau kemana kamu?” Omongan Kang Noyo terhenti.

“Saya pulang dulu Kang, tadi janji mau nganter istri.”

“Penting lho yang mau tak omongkan ini.” Tutur Kang Noyo galak.

Saya pamit sambil mbatin, “Paling sampeyan cuma mau ngomong soal mangkus dan sangkil.”

Jiyan!

16 comments on “Menyesap Inspirasi dari Direksi PT RNI

  1. warm berkata:

    saya percaya, kalau kantor tempat skarang sampeyan mburuh suatu saat pimpinannya adalah sampeyan, akan jauh lebih baik dari itu RNI,
    bukan begitu kang Noyo ?
    :mrgreen:

  2. devieriana berkata:

    di kantorku, bosku udah biasa nyetirin kami kalo pas mau pelantikan ke manaaaa gitu :mrgreen:

  3. budiono berkata:

    sumpah namanya keren, dandossi -> membetulkan, membenahi

  4. rullykurnia berkata:

    like it…
    Semoga setelah sampean jadi mandor, atau direksi pabrik, sampean bisa mendobrak mental2 bobrok macam jaman jahiliyah dulu…

  5. chocoVanilla berkata:

    Wuiihh, hebat! Sudah seharusnya pemimpin seperti itu. Kan gaji mereka sudah besar, apalah arti bayar tol dan bbm?
    Nek saya yaaa masih klaim lah kalo perjalanan dinas. Hawong kendaraan kan ada penyusutannya, sementara ganti per km gak sepiro. (curcol) :mrgreen:

  6. agil berkata:

    hmmmm….rni pusat berlimang gaji.
    orang cabang yg banting tulang.
    gimana ga boros bos…
    sopir direksi gajinya sebulan bisa tembus 9 jt.
    makanya sekarang tuh sopir pada dibuang ke palembang…

  7. Rusa berkata:

    Huwaaa, patut dititu banget ya orang yg kek begitu. keren!

  8. Annas D Human berkata:

    wah udah ada mendukung sampeyan jadi kakap di temapt mburuh

  9. harikuhariini berkata:

    yah semoga semakin banyak orang2 seperti mereka di negara kita tercinta ini

  10. paidin berkata:

    yah mudah-mudahan akan membawa rni lebih baik.dan mudah-mudahan mereka mengabdi demi perusahaan yang tercinta.tidak ada apa2 dibalik itu

  11. nunu berkata:

    dandosi ….low profile memang. kalau perlu seluruh ADM di PG jg demikian. Saatnya kebun tehnya hrs untung..biar org ptp melek mata

  12. Rumahku Katanya Sih Surgaku berkata:

    itu mas dandosi, aktipis mapala, kebanyakan mereka emang selenge’an gitu..hehheheh

  13. eva berkata:

    lhadalah, aku yo pernah disopiri karo wong “gedhe”, kang. rasane piye ngunu… penak yo ora penak. tapi tak itung2 mosok aku dadi gedhibale wong “gedhe” terus. sekali2 wong “gedhe” dadi sopire wong cilik… wkwkwk #bebek liwat

Tinggalkan komentar