KOIN = Kepedulian Orang Indonesia

“Sebenernya apa yang kita dapet dari semua kehebohan tentang Prita?” Tanya Kang Noyo tadi pagi waktu ngopi di warung pojokan pabrik.

Heh? Saya yang baru saja masuk setelah cuti seminggu nunggui kelahiran anak kedua mendadak dikasih pertanyaan ndak mutu kayak gini. Tapi saya patut waspada, biasanya Kang Noyo ndak asal njeplak, selalu ada hal-hal nyinyir yang ada di otaknya sebelum keluar dalam bentuk omongan. “Maksud sampeyan apa tho Kang?”

“Ealah! Kamu ditanya malah mbalik nanya.” Kang Noyo merengut. “Aku ndak ngerti sama orang-orang itu, hikmah apa yang mereka dapet dari kasus Prita?”

Sambil nyeruput kopi saya bilang, “Mungkin kebebasan mengemukakan pendapat Kang, dengan adanya kasus Prita ini masyarakat dapet momentum untuk memperjuangkan hak tersebut.”

“Ndak juga.” Potong Kang Noyo, “Kalo kamu inget, Prita itu awalnya ndak mengemukakan pendapat di muka umum. Dia cuma curhat secara terbatas lewat imel sama temen-temennya. Kalo orang Jawa bilang yang membuat curhatan itu sampe keluar adalah salah kedaden. Jadi menurutku ndak pas kalo kasus Prita ini tentang kebebasan berpendapat.”

“Atau mungkin soal malpraktek dan hak-hak konsumen Kang?” Ujar saya sambil ndongkol karena kata-kata saya dipotong.

“Halah! Menurutku bukan itu juga. Berapa banyak kasus malpraktek, yang lebih parah banyak, yang lebih menyedihkan pun banyak, kenapa harus Prita?” Lagi-lagi Kang Noyo menyerobot omongan saya.

“Mungkin bentuk perlawanan terhadap kriminalisasi dan dilecehkannya rasa keadilan.” Saya bener-bener mulai nggondok.

Lagi-lagi Kang Noyo tersenyum melecehkan, “Kenapa bukan Mbah Minah saja yang didukung? Atau bikin gerakan masa mendukung penuntasan kasus Anggodo?”

“Lha trus menurut sampeyan opo??” Saya jadi muntab.

“Kasus Prita ndak akan segede ini kalo saja pasal yang dipake bukan pasal dalam UU ITE. Undang-undang yang sempat diributkan sama beberapa blogger. Yang membungkus dan melariskan kasus ini siapa? Blogger. Yang pertama mbikin tulisan-tulisan bebaskan Prita, sampe nggalang dana recehan siapa? Blogger juga.” Kata Kang Noyo.

“Sik tho Kang. Jadi menurut sampeyan kasus ini ditunggangi sama blogger gitu?” Tanya saya.

Kang Noyo meringis, “Ditunggangi? Omonganmu itu kok masih orde baru banget. Aku ndak bilang ditunggangi, hanya saja kasus ini makin lama makin membingungkan, bias maknanya. Ujung-ujungnya anut grubyuk, sekedar ngikut tanpa tau apa yang sebenarnya terjadi. Coba kamu tanya mbok-mbok yang pada nyumbang recehan itu, tau gak apa dan mengapa mereka nyumbang?”

“Kalo menurut saya kok ndak seperti itu Kang. Apa dan siapa yang mengawali saya pikir ndak penting lagi. Satu poin penting yang saya dapet dari segala kehebohan ini adalah rasa peduli. Orang-orang yang nyumbang koin itu mungkin ndak tau Prita, ndak ngerti UU ITE, ndak begitu paham soal hukum, tapi mereka tau ada sodaranya yang kesusahan, dan mereka peduli. Recehan mungkin hanya simbol saja, rasa yang mengiringilah yang lebih penting. Dari kasus Prita saya tau ternyata bangsa kita masih punya rasa peduli, rasa yang semula saya pikir sudah hilang dari bumi Indonesia,” Kata saya.

“Saya hanya orang awam yang ndak gitu ngerti soal kriminalisasi atau telah direcehkannya rasa keadilan, tapi saya percaya kalo rasa peduli yang sudah ditunjukkan dalam kasus Prita bisa diejawantahkan dalam kehidupan sehari-hari maka segala carut marut yang ada di negeri ini pelan-pelan akan bisa diatasi.”

Saya buru-buru ngabisin kopi di gelas, mbayar, langsung kabur. Kuatir omongan saya dipotong lagi sama Kang Noyo.

“Woii!! Kopimu belum dibayar!!” Saya pura-pura ndak denger Kang Noyo yang lagi misuh-misuh di belakang.

9 comments on “KOIN = Kepedulian Orang Indonesia

  1. Harry seenthing berkata:

    aku sudah mendukungnya kang….

  2. Mawi Wijna berkata:

    Tunggu sebentar mas, asal-muasalnya email bu prita bisa keluar dari lingkup milisnya itu bukan sebab Blogger toh?

  3. Mas Adien berkata:

    ### besar itu awalnya kecil, banyak itu awalnya sedikit..nyambung ora to? wis ndang njaga dropbox…###

  4. lina ling berkata:

    bener, ini tentang hak berpendapat juga.
    btw, itu berhasil juga ngerjain kang noyo buat bayar kopinya.
    😀

  5. adipati kademangan berkata:

    Rakyat Indonesia memang peduli terhadap nasib saudara-saudaranya yang terkena masalah, bisa serentak malah. Tapi ya tetep harus ada yang memulia, mengkoordinir dan menjelaskan tujuannya, ini penting karena rakyat Indonesia itu masih “melihat kanan kiri” dalam melakukan gerakan spontanitas.

  6. antyo rentjoko berkata:

    Waaaa punya momongan lagi! Selamat!
    Yang pasti Mas Stein bukan tipe orang yang gampang ditunggangi, apalagi diperalat oleh blogger lain. 🙂

  7. luvaholic9itz berkata:

    lebih banyak memng yang lebih parah dari si ibu itu, kenapa harus si ibu yang diangkat kasusnya karena eh karena kebetulan aja :mrgreen:

  8. mercuryfalling berkata:

    Aku tuh sampe skrg gak ngerti eh..Ngumpulin koin itu untuk apa? Maksudnya trus koinnya dikasi ke siapa?

  9. samsul arifin berkata:

    yang aku tangkap adalah bahwa usaha pengumpulan koin itu hanya bentuk solidaritas bersama untuk melawan ketidakadilan. kalau memang pihak rs om*i minta uang, ya dikasih aja. gitu. mohon koreksinya.

Tinggalkan komentar