Dipungut, Disetor, Dibayar Sendiri

Konon kalo diliat menurut caranya, pembayaran itu bisa dikategorikan menjadi tiga jenis. Yang pertama membayar sendiri, dengan cara ini berarti sampeyan melakukan pembayaran atas inisiatif sendiri, misalnya sedekah yang sampeyan masukkan ke kotak amal mesjid. Yang kedua dipotong, dengan metode ini pembayaran dilakukan oleh pihak yang membayar ke sampeyan, misalnya upah mburuh sampeyan dipotong buat pajak. Yang ketiga dengan cara dipungut, yakni pembayaran yang dilakukan lewat perantara pihak yang menerima pembayaran, misalnya pajek restoran yang dipungut sama KFC waktu sampeyan mbayar makanan.

“Penting gitu?” Tanya Kang Noyo sambil nyeruput kopinya.

Ya penting ndak penting, tergantung sampeyan termasuk orang yang suka iseng membolak-balik kata atau ndak.

Saya sedikit tergelitik gara-gara melihat pengumuman di sebuah kantor birokrat

Kalo melihat definisi pembayaran dengan cara dipungut berarti instansi tersebut mengumumkan bahwa tidak ada biaya lain yang harus dibayarkan bersama dengan pembayaran biaya resmi. Misalnya biaya administrasi membuat berkas X adalah Rp 15.000 berarti yang harus kita bayar cuma Rp 15.000, tanpa pungutan apapun.

“Lha trus? Di mana masalahnya?” Tanya Kang Noyo lagi.

Seperti tadi saya bilang di awal, pembayaran itu terbagi menjadi tiga jenis, bayar sendiri, dipotong, dan dipungut. Dalam pengumuman yang dipasang tersebut menyebutkan semua jenis pelayanan tidak dipungut biaya, berarti kalo saya membayar sendiri boleh dong?

Beberapa waktu yang lalu saya pernah mengurus surat di sebuah instansi, ndak perlu saya sebut namanya, cepet prosesnya, cuma duduk sebentar di depan petugas, wawancara sedikit sambil ngetik di komputer, cetak, tandatangan plus stempel. Petugasnya ndak ngomong apa-apa, tapi seperti ritual yang sudah sama-sama dimengerti, selembar limapuluhribuan berpindahtangan bersamaan dengan diserahkannya surat tersebut ke saya.

Ada yang menyebut itu pengertian, wong saya dibantu jadi sudah sepantasnya saya memberikan tanda terima kasih. Walaupun kalo mau diblejeti lebih lanjut sebenernya ndak pantes juga itu disebut bantuan, wong beliau dibayar sama negara memang salah satunya untuk membuatkan surat seperti yang saya minta.

Apakah limapuluhribuan itu bisa disebut pungutan?

Ndak, wong beliaunya ndak minta kok. Gratifikasi mungkin, tapi saya ndak mau melebar sampe ke sana, selain ilmu saya memang belum nutut. Kalo dari tiga jenis pembayaran yang saya sebut di awal, berarti saya sudah melakukan pembayaran sendiri. Saya membayar karena konon sudah jadi tradisi, beliau juga ndak nolak, alhasil pelayanan publik yang bersih dan bebas dari biaya siluman pun ndak terwujud. Tapi, ada tapinya lho ya, beliau ndak menyalahi pengumuman yang menyatakan segala jenis pelayanan tidak dipungut biaya.

Konon pernah ada seorang birokrat nanya dalam sebuah pelatihan, “Pak, misalnya saya melakukan pelayanan sudah sesuai aturan, tidak ada prosedur yang saya langgar, dan semua saya lakukan sebaik-baiknya. Setelah prosesnya selesai orang yang butuh pelayanan tersebut ngasih duit tanpa saya minta. Berarti gak papa saya terima kan?”

Si trainer mesem, lalu nanya balik, “Kira-kira kalo bapak bukan seorang pejabat, misalnya cuma tukang becak atau buruh bangunan, mungkin ndak orang tersebut tiba-tiba dateng lalu ngasih duit ke bapak?”

Artinya jelas, duit itu diberikan terkait dengan jabatan yang disandang. Padahal konon seorang birokrat dilarang menerima sesuatu, juga menjanjikan sesuatu yang terkait dengan jabatannya.

“Jadi maksudmu piye Le??” Tanya Kang Noyo yang keliatannya mulai ndak sabar dengan dobosan saya yang memang ndak jelas ini.

Mungkin kita bisa sedikit meminjam terminologi dari undang-undang pajek, penghasilan adalah setiap tambahan kemampuan ekonomis dengan nama dan dalam bentuk apapun, yang bisa dipake buat konsumsi dan atau menambah kekayaan.

“Seharusnya pengumumannya dirubah Kang.”

“Dirubah piye?”

Terima kasih anda tidak memberikan sesuatu imbalan dengan nama dan dalam bentuk apapun.

“Yang penting kan orangnya Le, pengumuman dirubah pun kalo orangnya masih tetep ya sama saja.” Gerutu Kang Noyo.

“Ya siapa tau dengan pengumuman yang baru birokratnya juga bisa berubah.” Kata saya.

“Maksudku bukan cuma birokratnya, kalo orang-orang masih kayak kamu yang kalo ndak ngasih amplop rasanya ndak lega ya percuma saja.”

Ealah…

Jiyan!

9 comments on “Dipungut, Disetor, Dibayar Sendiri

  1. hajarabis berkata:

    nice..
    sempat juga mencermati hal tersebut 🙂
    sempatkan juga mengunjungi website kami di http://www.hajarabis.com
    dan ikuti undian bagi-bagi duit ratusan ribu rupiah
    sukses selalu!!

    #stein:
    amien…

  2. chocoVanilla berkata:

    Kalo urusan mau cepet selese ya harus rela dipunguti, Mas. Ha pengumuman itu kan cuma basa-basi yang wajib dipasang :mrgreen:

    Tapi sudah lumayanlah petugasnya itu gak minta, tapi nek dikasih ndak nolak. Gak boleh lho nolak rejeki.

    #stein:
    hahaha, lebih tepatnya rejeki yang halal ndak boleh ditolak 😆

  3. ndaru berkata:

    lama ndak maen kesini kok yang dibahas pas sama yang saya alamin selama sebulan ini. saya lagi nyobak iseng2 mbikin yayasan, trus ngurus ijin ngalor ngidul ngetan ngulon..dan ternyata..ehehehe…duit emang kayak oli. Saya berusaha endak pakek olie…ya seret, yang ada malah ganti rantai sekalian gear-nya

    #stein:
    hahaha, nasib mbakyu. soale dengan birokrasi yang ruwet ternyata menumbuhkan banyak peluang dan lapangan kerjaan baru, makelar berkas misalnya 😆

  4. kang ian dot com berkata:

    hehehe susah susah di indonesia jarang ada yang bersih 😀 urusan birokrasi tetek bengek harus aja ada salam tempelnya.. makanya saya suka males kalau harus berurusan sama aparat kaya gini 😀 manteb penjelasannya

    #stein:
    makasih mas

  5. ardhinugros berkata:

    di kantor saya pengumumannya tertulis:

    Dimohon tidak memberikan sesuatu/imbalan berupa apapun kepada para pegawai KPPN.

    tapi pengumumannya ditulis lama sebelum sampeyan nulis artikel ini lho.. 🙂

    #stein:
    mantab!

  6. Sam berkata:

    dan kalau terbiasa pake ‘pelicin’ ntar kalau datang lagi disambut hangat lho mas, soalnya dijidat telah tertera “RP”. hehehe

    #stein:
    betul! trus dipanggilnya boss 😆

  7. delvitapraba berkata:

    kunjungi website kami di http://www.hajarabis.com

  8. rully berkata:

    lha wong saya memberi si petugas dalam bentuk “duit” kok, bukan dalam bentuk “apapun” 😀
    permainan kata-kata cap ngeles dot com wkwkwkwk…

    #stein:
    betul! betul-betul pinter ngeles sampeyan ini 😆

  9. seo, backlink berkata:

    budaya cari uang masuk itu lho yang merusak sendi kehidupan dan kantung kita.

    #stein:
    betul!

Tinggalkan komentar