Luruskan Niat

Pada pertengahan sembilan puluhan berangkatlah seorang pemuda dari kampungnya, dengan diiringi isak tangis seisi kampung yang sangat mencintainya dia berpamitan, hendak menuntut ilmu di kota. Setapak demi setapak pematang sawah dilaluinya, dengan dada gemuruh, semangat membuncah, dia berjalan dengan langkah pasti, tertanam niat di benaknya, sebesar harapan penduduk kampung kepadanya, aku ndak akan memalukan kampung kita! *saya kok malah ingetnya kisah Jamie anak yang baik di MTV* :mrgreen:

Saya ini waktu kecil digadang-gadang jadi gantinya Pak Habibi sama orang kampung saya, maklumlah, saya ini dulu memang kelihatan pinter. Sekolah ya juara terus padahal belajar ya ala kadarnya, dari SD sampe SMP saya selalu megang predikat juara umum. Mungkin kalo di kampung saya ada playgroup atau TK saya ya jadi juara juga di sana. *yo mesthi wae juara, ndak ono saingan!*

Begitu saya masuk SMA di kota, terjadilah gegar budaya pada saya, anak kampung yang ndeso dan katro tiba-tiba hidup di kota yang jalanannya rame dengan mobil! *ini beneran, waktu itu kalo libur saya suka nongkrong di pinggir jalan sambil ngliat bis lewat*

4 bulan pertama saya masih lurus, ndak ada niatan macem-macem, belajar yo belajar. Setelah lewat 4 bulan itu hancurlah saya, masih tetep dalam batasan belajar tapi bukan pelajaran sekolah. Karena sekolah saya adalah sekolah berasrama maka yang pertama saya pelajari adalah teknik kabur dengan aman, setelah itu cara masuk asrama tanpa ketauan. *dua hal ini adalah pelajaran dasar yang harus dikuasai*

Ada beberapa teknik lagi yang harus dipelajari tentunya, misalnya teknik tidak mengatakan sebenarnya (bohong itu dosa, makanya saya belajar untuk menyembunyikan fakta tanpa harus berbohong), itu persiapan kalo waktu kabur ketangkep, ada juga teknik bajing loncat, ini demi mengirit ongkos, lompat ke truk yang lagi jalan. *saya baru nyadar, ternyata masa SMA sangat seru!* 😆

Mungkin karena hal-hal semacam itulah tiap awal tahun ajaran di tempat saya semua siswa dikumpulkan, dan selalu yang dibahas topik yang sama, Luruskan Niat!

Selalu lebih mudah untuk mengucap niat pada waktu kita belum bertemu kondisi nyata. Misalnya saya berniat sekolah di kota pada waktu masih di kampung yang ndeso tanpa godaan, akhirnya ndak tahan godaan. Pembantu saya yang katanya dari kampung niatnya nyari duit begitu di kota ndak ngumpul duitnya malah ngutang kesana kemari buat beli baju, kosmetik, hape.

Kalo mungkin sampeyan di tempat kerja merasa jenuh, bingung, bosen, kerjaan ndak beres-beres karena kecanduan ngeblog, mungkin perlu beberapa saat mencoba memutar memori pada saat berangkat pertama kali, apa yang waktu itu sampeyan niatkan. Kalo waktu itu niatnya sudah bener mari kembalikan ke niat, kalo niatnya waktu itu kurang bener mari kita luruskan niat. Karena konon katanya manusia hanya akan mendapat sebatas apa yang dia niatkan.

28 comments on “Luruskan Niat

  1. Mbelgedez™ berkata:

    .
    Kirain Ngelurusin apaan……………

  2. Chic berkata:

    mas stein ki mesti lagi berbelok niyatnya, makanya bikin posting yang ginian :mrgreen:

    #stein:
    hahaha! tepat sekali! 😆

  3. kucrit berkata:

    Oh.. mas stein…. tulisan sampean benar-benar mengingatkan saya…. jauh-jauh berngkat dari rumah, dengan harapan bisa jadi lurah desa, malah sekarang jadinya gak genah… memang dengan kondisi yang berbeda tidak menjamin akan tetap eksis mempertahankan niat.
    jadi sedih bila memikirkan rumah, apa yang akan saya beri kelak disana, saya gak tau apa-apa, sedangkan di kampung sudah menunggu-nunggu hadirnya sang anak yang digadang-gadang bisa berguna bagi kampungnya….

    (motoku mbrebes)

    #stein:
    halah!

  4. Yap. Mari luruskan niat, dan luruskan yang lain2 :mrgreen:
    wah teknik2nya keren euy. Bandel yah ternyata Mas Stein waktu SMA, hahaha

  5. big sugeng berkata:

    Kadang kita lurus kadang kita belok
    makanya mari luruskan niat kita agar tidak belok di tengah jalan

  6. yustha tt berkata:

    Luruskan niat, sempurnakan ikhtiar!!
    Hoho….

  7. Miranda Modjo berkata:

    Mas saya mo meluruskan sedikit tulisan mas…jangan marah ya!!!

    Pada paragraf 1 subjek adalah orang ketiga, akan tetapi pada paragraf selanjutnya jadi orang pertama.

    Nah yang mas mau ceritakan itu sapa toh?
    Dia? ato
    Aku?

    keep writing mas…biar niatnya makin lurus

    Makasih dah mampir

    #stein:
    dia itu ya saya mbak, maksud saya pengen mengingat jamannya jamie jadi vj mtv, ada adegan yang narasinya “dia dilepas dengan isak tangis” tapi visualnya jamie lagi ditimpukin orang sekampung, diusir! :mrgreen:

  8. warmorning berkata:

    mari lurus-kurusan,
    eh saya juga masuk asrama euy,
    tapi gak bisa kabur, wong rumah saya jauh dari asrama 😀

  9. egah berkata:

    baca postingan ini jadi inget footnote email salah satu temen ex prolink…
    “finding hard to keep clean and consistence..one answer keep trying..”

    menurut saya godaan2 itu adalah tolok ukur seberapa teguh hati kita menjalankan niat…tapi belok2 dikit juga gpp wong itu manusiawi menurut saya…bukankah iman seseorang selalu fluktuatif seperti harga mata uang 😀

  10. yimz berkata:

    setelah niatnya lurus terus ngapain mas?
    bengkok-kan niat…
    Karenanya hidup menjadi demikian dinamis ya. hehehe

  11. samsul arifin berkata:

    memang benar mas, niat itu nomor satu. kok kisah kita sama yah, seorang putra desa yang “dielu-elukan” menjadi seorang yang berhasil dan kemudian kembali membangun kampung halaman.

  12. zefka berkata:

    “… manusia akan mendapat sebatas apa yang dia niatkan”.
    Gw mau niat yg banyak ahh.. biar dapat banyak juga, tapi harus ada usahanya ya mas.. 🙂

    Mas, bisa dijelasin lagi secara lebih detil ttg “teknik tidak mengatakan yg sebenarnya” tapi gak berbohong.. bgm ya? bingung 😦
    kalo gak mengatakan yg sebenarnya kan itu tandanya bohong ya 😦

    #stein:
    misalnya pernah saya suatu saat saya minum minuman beralkohol, kan kecium tuh baunya. waktu lagi ngobrol temen saya nanya, “kok bau alkohol, kamu abis minum ya?!” saya bilang, “lihat muka saya, memang muka saya ini muka peminum?” temen saya bilang, “nggak sih”

    selesai, saya ndak bohong kan? 😆

  13. wishper girl berkata:

    hhehehe malam mas stein,
    sampean gaweku nguyu tekhnik bajing loncat,
    jadi inget masa SMU mbolos rokku kesambet pager suek
    😉 begitu indah dan tak terlupa 🙂
    niatnya lagi belok pow mas, ihik..ihik…

    #stein:
    suek?? rejeki temen sampeyan yang cowok dong :mrgreen:

  14. morishige berkata:

    *membating sendiri*
    “luruskan
    luruskan..”

  15. arman berkata:

    mesti niat plus usaha juga kayaknya ya mas… 😀

  16. nomercy berkata:

    penyelarasan kembali … benar itu mas .. benar itu …
    ibarat mesin yang sudah lama dipakai kan pastilah ada onderdil yang tidak presisi lagi … mesti dibetulkan, apakah itu harus ketok-ketok atau malah diganti yang baru … agar hasilnya kembali tokcer … 🙂

  17. ichanx berkata:

    e buset… loncat ke truk yang lagi jalan? tampak seru… wakakakakk

  18. haha.. bener mas, yang penting jangan boong.. 😀

    anyway,, calon pengganti habibie? hmm.. pengganti apanya ya? 😛

  19. mawi wijna berkata:

    ntar mas, saya cari dulu Kethok Mejik terdekat buat meluruskan niat saya dan pikiran saya yang udah bengkak-bengkok kesana-kemari ini,…

  20. JeBe berkata:

    Kalo mikirin niat gak lurus – lurus.
    Ganti mikirin Nita. Pasti gampang lurus.
    he..he..he.

  21. Baca ini udh sore…
    Duuuh moga besok ingat ini pas lagi suntuk di kantor hehe

  22. Jafar Soddik berkata:

    Meluruskan niat dapat menjadi air pelepas dahaga ketika kita sudah mencapai titik jenuh atau ketika semua yang kita rencanakan ternyata tidak semulus yang diharapkan.

    Dan jika sudah lurus maka harus tetap dijaga hingga nanti diluruskan kembali ketika mulai berbelok arah :).

  23. uke poet berkata:

    hidup terlalu lurus juga bikin capek mas. gegar budaya seru kok, asal ndak kelewatan.

  24. deeedeee berkata:

    hahaha.. masa SMAnya seru nian, Mas… 😆
    gikil!!! 😆

  25. Ade berkata:

    Mas, besok2 posting soal menyembunyikan fakta tanpa harus berbohong yaaa 😆

  26. marshmallow berkata:

    setelah niat dijaga agar lurus, pelaksanaannya dijaga agar tetap konsisten. kemudian evaluasi setiap langkahnya apakah yang diniatkan telah tercapai.
    *halah*

    iya, mas. saya juga sering tuh niat yang mulanya lurus malah jadi melenceng setelah terjun di lapangan. ternyata jauh lebih mudah mengucapkan niat sebelum menghadapi godaan yang sesungguhnya, ya?

  27. LnddMiles berkata:

    The best information i have found exactly here. Keep going Thank you

  28. Rini berkata:

    Waduh mas….tulisane menarik men…kebanyakan orang punya niat lurus memang dari awalnya….tapi…yo kebanyakan entah faktor apa yg menpengaruhi, lama2 niat itu akan pudar dan bahkan bisa sirna……

Tinggalkan Balasan ke mawi wijna Batalkan balasan